MENJELAJAH POTENSI ANAK 6
“Karena Kau Begitu Berharga”
Waktu yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal adalah saat anak-anak sudah mulai memasuki tahapan bermain dengan anak lainnya. Dukung anak-anak kita menjalin pertemanan dan ajarkan etika atau aturan tingkah laku saat berhubungan dengan orang lain. Biarkan ia mendapat teman sebanyak-banyaknya. Tumbuhkan sikap ramah dan penerimaan atas keberagaman yang dijumpai pada lingkungan sosialnya.
Dengan bersosialisasi anak akan melalui berbagai proses. Yang pertama, belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, artinya anak tidak hanya menerima perilaku yang diterima, tapi anak juga perlu menyesuaikan perilaku dengan kelompok bermainnya. Kedua, anak juga akan memainkan perannya dalam permainan. Sering kita lihat anak-anak kita yang mulai mengambil posisi atau bagian tertentu dalam kebiasaan bermain pada kelompoknya. Ketiga, anak akan berusaha menyesuaikan perilakunya dengan sikap sosial yang baik dan diterima sebagai anggota tempat mereka menggabungkan diri.
Lalu siapa pihak yang mempengaruhi perkembangan sosial anak? Salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi anak. Orang Tualah yang akan membentuk karakter anak agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Bahkan hubungan anak dengan seluruh anggota keluarga mempengaruhi sikap anak terhadap orang lain.
Terkadang orang tua merasa stress saat anak-anak bertengkar. Baik bertengkar dengan saudara atau dengan teman bermainnya. Hal ini pun sering saya rasakan. Apalagi jika anak kita yang menjadi sasaran bentakan dan kejahilan anak lain. Sebagai orangtua tentu hal ini menjadi problem tersendiri yang disikapi dengan memisahkan anak-anak agar pertengkaran diantara mereka tidak terjadi karena orangtua yang tidak tahan tatkala anak-anaknya berkelahi. Namun setelah saya melalui banyak hal dan belajar bagaimana menyikapi perselisihan, saya mengatakan pada diri sendiri bahwa, “ inilah kesempatan untuk mendidik dan membuat mereka belajar.”
Pada saat terjadi konflik, kita dapat menganggapnya sebagai peluang untuk mendidik anak bukan kesempatan untuk menyalahkan dan menghukum mereka. Jangan sampai kita melabeli anak kita sebagai anak nakal, hal ini dapat menghancurkan kepercayaan dirinya. Saat pertengkaran terjadi, manfaatkan momen ini untuk mendidik mereka karena banyak kemampuan anak yang dapat kita tingkatkan dibalik pertengkaran yang terjadi. Diantaranya adalah, kemampuan anak untuk memahami hak dan kewajiban, dapat membedakan salah dan benar, menumbuhkan rasa empati, menghargai orang lain dan membangun kemampuan dalam memecahkan persoalan. Dengan demikian, ketika anak-anak kita menghadapi konflik mereka akan dapat mengatasinya tanpa campur tangan orangtua.
Kakak Aqila memiliki saudara sepupu yang rumahnya berdekatan dengan rumah kami. Saudaranya ini berusia lebih tua dua tahun dari kakak Aqila. Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama untuk bermain. Saudaranya memiliki sifat pemarah, manja tapi juga pemalu jika berhadapan dengan orang lain. Hampir setiap hari perselisihan diantara mereka tidak dapat terelakan. Terkadang saya melihat kakak Aqila menjadi anak bawang yang selalu disuruh-suruh, tapi seringkali kakak Aqila juga tidak mau akhirnya terjadi pertengkaran. Tentu saja anak yang lebih kecil akan kalah power dalam tindakan dan perkataan. Terkadang berebut mainan , berebut teman dan lain sebagainya. Bahkan sering sekali kakak Aqila mengadu tentang pertengkarannya dengan tangisan yang meledak-ledak. Sehingga saya pun harus terlibat dalam menyelesaikan konflik diantara mereka. Sedikit melelahkan, namun hal ini harus dilakukan untuk mendidik mereka. Proses ini sudah lama saya lakukan hingga muncul jiwa persaudaraan di antara mereka. Rasa empati satu sama lain dan pembelaan atas saudaranya terhadap teman bermainnya yang lain. Hari ini saya melihat, ketika saudaranya sedang marah, kakak Aqila dapat mengendali kan dirinya dan memilih untuk pulang daripada melihat sepupunya marah-marah. Setelah beberapa saat, mereka sudah bermain bersama dan saya mendengar kakak Aqila menyampaikan hal -hal yang tidak disukainya dan beberapa keinginannya pada konflik yang terjadi tadi. Akhirnya terjalin komunikasi diantara mereka sebagai bentuk pembahasan persoalan. Setelah keadaan membaik, mereka pun memutuskan untuk meminta buah seri ke rumah tetangga. Ternyata sepupunya mengajukan kakak Aqila untuk berjalan di depan dan menyuruhnya untuk meminta izin kepada orang yang punya buah seri di halaman rumahnya. Bahkan ketika sepupunya terpeleset saat memetik buah seri, kakak Aqila yang sangat gesit memintakan obat luka kepada saya dan dengan telaten merawat luka sepupunya dan ia mampu mengeluarkan kata-kata yang menghibur saudara sepupunya itu.
Dalam hati saya bersyukur kepada Allah, karena dikaruniai anak yang baik. Inilah bintang nya dalam hal berempati yang memiliki kemampuan interpersonal dan sikap sosial yang baik.
Banyak orangtua yang ingin masalah anaknya cepat selesai sehingga memaksa salah satunya untuk mengalah atau meminta maaf. Hal itu sebenarnya kurang tepat, karena mereka tidak diajak untuk mengurai permasalahan. Maka dari itu kesabaran orang tua sangat penting dalam situasi konflik untuk memberi pengertian bahwa mereka harus belajar menyelesaikan masalahnya hingga tuntas.
Perlu kita sadari bahwa kehidupan di dunia ini tidak akan pernah terhindar dari permasalahan dan perselisihan. Maka anak-anak kita perlu memiliki keterampilan menyelesaikan konflik yang akan menjadi bekal penting dan berharga bagi kehidupannya di masa depan.
💥Semua Anak Adalah Bintang
💥IIP
💥Bunda Sayang
#Tantangan 10 hari
# Level 7
# Kuliah Bunsay IIP
# Bintang Keluarga
0 komentar:
Posting Komentar