Rabu, 03 April 2019

MENJELAJAH POTENSI ANAK 7
“Karena Kau Begitu Berharga”



Kita merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Itulah mengapa kemampuan interpersonal sangat penting dikembangkan kepada anak sejak dini.

Namun sayangnya, saat ini banyak orang tua atau pendidik yang kurang perhatian akan hal tersebut. Orang tua biasanya beranggapan bahwa kognitif anak lah yang paling penting, sehingga masih banyak diantara mereka beranggapan bahwa untuk menjadi bintang dan juara adalah dengan memiliki kemampuan kognisi yang baik. Mereka lupa bahwa tidak semua anak memiliki keunggulan di ranah kognitif. Mereka bisa saja memiliki kemampuan yang lain. Namun karena tidak teridentifikasi sehingga kemampuan anak-anak ini menjadi tidak berkembang. Tentu saja kita bisa menebak apa yang terjadi, yaitu si anak hanya akan menjadi anak yang rata-rata. Ia mendapat tekanan untuk mengembangkan kemampuan yang diharapkan orang tua dan tidak mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan diri di bidang yang ia minati. Maka si anak pun tidak mahir di keduanya.

Nah, maka perlu sekali secara konsisten kita mengamati dan menjajaki potensi anak yang paling unggul ada di ranah mana. dari berbagai kegiatan yang dilakukan anak, kita bisa melihatnya. Supaya kita tidak termasuk orangtua yang ngeyel dan memaksakan anak untuk menguasai bidang yang tidak diminati anak.

Dalam proses menjajaki dan menjelajahi jangan lupa sertakan komunikasi sebagai bentuk kepedulian kita terhadap anak. Rencanakan hal-hal apa saja yang dibutuhkan anak untuk dapat mengembangkan potensinya dan kita dapat mengarahkan cita-cita mereka di masa yang akan datang.


Hari ini, saya masih menjelajahi ranah interpersonal. Dimana hari-hari sebelumnya ranah ini sangat menonjol pada diri kakak Aqila. Yang terlihat Dari kemampuannya berkomunikasi, mudah mendapatkan teman baru dan menyelesaikan konflik. Kali ini saya mengikuti acara di sebuah majelis taklim dan mengajak kakak Aqila untuk turut serta. Tentunya sebelum berangkat saya sampaikan kepadanya bahwa di sana nanti akan bertemu banyak teman ibu maka kakak Aqila harus tampil yang baik dan sopan. Ketika ada makanan yang tersaji kakak Aqila belum boleh ambil dulu sebelum ditawari. Itu Pun kita harus berbagi dengan yang lain, tidak boleh kita makan sendiri semuanya.

Sesampainya di tempat taklim yang kebetulan bertempat di rumah teman saya, kakak Aqila kuperhatikan bersikap baik saat ditanya nama, diminta salim, atau dicium teman-teman saya. Dalam hati saya berharap kakak Aqila akan begini sampai waktunya pulang tiba. Namun hal lain terjadi saat beberapa kue dan makanan ringan secara bergilir keluar satu-persatu. Kakak Aqila si diam saja saat melihat itu semua. Tapi saya juga tidak tahu apa yang dipikirkannya. Rupanya setelah beberapa saat, ia memegang tanganku dan menatap mataku dengan tatapan yang aku dapat mengartikan bahwa itu adalah kode bahwa ia menginginkan kue-kue yang tertata rapi di hadapan kami. Kusambut baik kode nya itu dengan mengatakan padanya untuk bersabar sebentar karena orang-orang di sekitar kita juga belum ada yang menyentuh kue itu. Tunggu sampai kita dipersilahkan oleh yang punya rumah. Kakak Aqila sedikit tidak sabar karena ternyata ada pilus kacang dalam sebuah toples yang menjadi cemilan kesukaannya. Dia berusaha menahan diri dengan menggelayutkan badannya pada tubuhku. Rupanya sikapnya ini diketahui oleh banyak orang, akhirnya dia mendapat kesempatan baik karena ditanya ramah oleh teman saya,

“ Aqila mau kue nya?” tanya salah seorang teman saya.

Kulihat kakak Aqila hanya senyum sambil menganggukkan kepala.

“ wah...Aqila suka yang mana nih, ayo diambil nggak apa-apa. Makan yang Aqila mau yang mana.” kata yang punya rumah sambil mendekati kakak Aqila.

“ aku mau yang itu bude.” jawab Aqila sambil menunjuk toples berisi pilus kacang.


“ pilus kacang ya? Ambil aja nih, ayo dimakan ya Aqila. Kalau mau yang lain juga nggak apa-apa pilih yang Aqila mau.” kata si empunya rumah dengan gesit mendekatkan toples kacang ke  arah kakak Aqila.

Hal ini menjadikan kepercayaan diri kakak Aqila meningkat saat lampu hijau sudah menyala, karena sudah ditawari apalagi diperlakukan sangat baik oleh pemilik rumah. Ditambah ia mendapat satu toples spesial untuk dia sendiri karena kakak Aqila mengatakan nggak mau yang lain kecuali hanya pilus kacang. Karena ia tahu satu toples hanya untuknya sendiri, ibunya pun tak boleh mengambil pilus itu dari toples yang ada di hadapannya. Dari sini saya mulai khawatir akan sikapnya, apakah ia mampu mengendalikan diri sampai acara selesai atau tidak.

Setelah beberapa saat, datanglah beberapa teman saya yang juga membawa anak yang usia tidak jauh dari kakak Aqila. Kami pun saling beramah tamah dan saling mengenal kan anak-anak kami. Karena acara pengajian sudah dimulai saya menjadi beralih fokus pada isi pengajian dan tidak lagi memperhatikan kakak Aqila. Sesekali kulihat ia masih asyik dengan pilus kacangnya. kakak Aqila yang sedari tadi cuek dan pilus kacang miliknya tak boleh diminta siapapun. Namun, ketika terjadi perselisihan diantara anak-anak kecil karena berebut pilus kacang dari toples lain, tiba-tiba kakak Aqila mendekati ibu yang anaknya menangis minta pilus kacang,

“ bude, dek azka kasih punyaku aja ya.ini masih banyak kok.”

“ wah, terima kasih Aqila. Bude ambil segenggam saja buat azka ya.” jawab si bude.

“ nggak apa-apa ambil saja bude toplesnya, aku sudah makan banyak tadi.” kata Aqila sambil menyodorkan toples miliknya.

“ terimakasih ya Aqila, kamu baik sekali.”


Kuperhatikan kakak Aqila mencoba menghibur si Azka supaya berhenti menangis dengan merelakan toples miliknya. Lalu mereka pun main bersama. Uniknya, ketika Azka yang tadi bertengkar dengan teman lain, kakak Aqila mampu mengajak anak-anak yang lain bergabung dan bermain bersama. Kebetulan kakak aqila yang datang lebih awal sudah diberikan banyak mainan oleh pemilik rumah. Mainan milik anak-anaknya yang kini sudah besar semua, jadi tidak lagi menggunakan mainan itu dan hanya disimpan saja.

Entah dengan cara apa kakak Aqila bisa menyatukan mereka dan membuat kelompok bermain di garasi rumah. Semua anak tampak asyik bermain dan ceria. Para ibu-ibu pun bisa tenang mengikuti pengajian yang berlangsung.




Inilah salah satu kelebihan kakak Aqila yang menjadikan teman-teman saya sangat menyayangi kakak Aqila. Kemampuan merasakan perasaan orang lain, membuat kecerdasan interpersonalnya berkembang ia pun mudah mendamaikan konflik. Hal ini juga akan membuatnya menjadi pemimpin diantara teman sebayanya.

Ia peka terhadap kebutuhan  dan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ia akan bertanya, memberi perhatian, atau memberikan bantuan yang dibutuhkan orang lain. Tak salah jika saya mengatakan bahwa kakak Aqila adalah pengamat dan motivator yang baik.

💥Semua Anak Adalah Bintang
💥IIP
💥Bunda Sayang

#Tantangan 10 hari
# Level 7
# Kuliah Bunsay IIP
# Bintang Keluarga


0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget