Senin, 29 April 2019

CERDAS FINANSIAL 6
“Membuat Daftar Belanja”


Tahap awal keberhasilan kecerdasan keuangan anak adalah mengenalkan uang, fungsi, cara mendapatkannya serta nilai keberartiannya.  Berbagai cara dapat dilakukan untuk melatih anak cerdas finansial. Masalah keuangan adalah hal yang dijumpai setiap harinya. Sehingga sangat mudah melakukan pembicaraan atau diskusi ringan dengan anak tentang uang. Selain itu anak juga perlu tahu bagaimana mengelolanya.

Kali ini saya sengaja mengajak kakak Aqila untuk melihat barang-barang di dapur dan kamar mandi. Kutunjukkan apa  saja yang barang disana yang sudah habis atau jumlahnya tinggal sedikit. Itu artinya ia akan melihat dan mengingat bahwa ada kebutuhan pokok yang harus segera didapatkan. Apalagi jika urusan memasak, tentu saja hal itu tak boleh terlambat pengadaannya. Jika mengajak kakak Aqila belanja, kegiatan itu sudah setiap hari kami lakukan. Namun saya ingin kegiatan yang rutin kami lakukan ini akan lebih bermakna baginya dalam rangka melatihnya untuk cerdas finansial dengan memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Saya tunjukkan kepada kakak Aqila bumbu dan bahan dapur yang telah habis. Kegiatan ini lumayan mudah karena sebelumnya ia pernah mendapat proyek dari ibu untuk menjadi koki kecil yang harus tahu nama-nama bumbu dan bahan makanan. Sehingga ia mampu menyebutkannya dengan jelas dan benar. Awalnya saya yang mendikte kakak Aqila untuk mengecek bahan tertentu.

“ Kak, lihat minyak makan. Masih nggak?” pintaku.

“ habis bu, tu botolnya kosong.” jawabnya.

“ oke. Sekarang cek garam dan gula.” lanjutku.

“ masih bu, tapi tinggal sedikit.”

Terus seperti itu sampai pada akhirnya dia sendiri yang inisiatif mengecek barang-barang yang lain. Dari bahan dapur, kamar mandi dan kebutuhan kakak Aqila. Setelah itu saya mengambil secarik kertas dan pena. Ku minta ia menyebutkan barang apa saja yang telah habis dan yang harus dibeli untuk dimasak. lalu saya yang menuliskannya menjadi daftar belanja.

Ini nih daftar belanja yang dibuat kakak Aqila bersama ibu.

“ oke sayang,daftar belanjanya sudah siap. Kita akan ke warung ya kak, tapi kita hanya akan membeli barang yang ada dalam catatan ini. Kalau nggak ada dalam daftar belanja kita, kita tak perlu membelinya.” ujarku dengan sedikit memberi penjelasan.

“ iya bu, yok kita berangkat. Eh..tapi jepit rambut sama jajanku sudah ibu tulis belum?” tanyanya penasaran.

“ ya enggak kak. Kan tadi kita cuma catat barang yang sudah habis.”

“ tulis dong bu, biar ada di catatan ibu. Nanti aku nggak boleh beli kalau nggak ibu catat.”

Dalam hati aku bergumam, ternyata pintar juga ya ide nya minta dicatat.

“ oke , ya sudah jepit rambut 1 bungkus saja ya. Kan satu bungkus isinya ada dua. Sudah bisa kakak Pakai kanan dan kiri.”

“ hehehe..iya bu. Nggak apa-apa. Jajannya gimana bu?” tanyanya lagi.

“ jajannya satu saja. Nanti kakak bisa pilih disana yang seharga seribu. Sekarang ibu catat ya.” jawabku.

Daftar belanja sudah lengkap dan kami bersiap untuk meluncur ke warung tetangga yang jaraknya agak jauh dari rumah. Sehingga kami harus mengendarai sepeda motor untuk menghemat waktu. Tak lupa kakak Aqila ku beri uang Rp.6000 untuk membeli jepit rambut dan jajan yang akan diserahkannya sendiri kepada pemilik warung. Selanjutnya saya melibatkan kakak Aqila untuk memilih barang atau bahan masakan yang akan dibeli. Ia memilih bawang merah, kentang, kacang panjang dll. Kakak Aqila kan juga harus tahu mana barang yang segar dan tidak. Ia juga memilih jepit rambut dan jajannya sendiri lalu ia bayarkan keduanya langsung kepada pemilik warung. Yang lain adalah tanggung jawab ibu. Dia cukup membayar apa yang dimintanya tadi. Sesampainya dirumah saya memberinya penjelasan dengan bahasa sederhana dari mana sayuran atau ikan yang dijual
didapat, supaya kakak Aqila punya gambaran mengapa harus membayar sekian rupiah untuk membelinya.

Minyak goreng ibu sudah habis, jadi beli deh...

Mungkin sebagian orang akan bertanya mengapa harus menggunakan daftar belanja? Cara ini selain membantu mengingat kebutuhan dan menetapkan skala prioritas kebutuhan sesuai anggaran yang ada, juga menghindari “lapar mata”, yaitu belanja barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya, karena tidak dianggarkan. Dengan membeli barang yang tidak direncanakan justru akan menambah daftar kebocoran halus pada keuangan kita. Hal ini wajib kita ajarkan kepada anak. Supaya ia terbiasa mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.

Apakah perlu mengajak anak berbelanja? Bagi saya sangat perlu. Karena untuk mengajarkan manfaat dan fungsi uang
pada anak dan media belajar yang paling tepat adalah pasar tradisional. Saya tidak memungkinkan untuk ke pasar tradisional, sehingga saya memilih ke warung tetangga yang cara kerjanya mirip dengan pasar tradisional. Dengan mengajak anak
berbelanja, anak akan tahu bagaimana interaksi antara penjual dan pembeli, serta
penggunaan uang. Selain itu kita juga dapat melibatkan anak secara langsung dalam transaksi belanja.
Pilih lotion untuk pijat-pijat ah...

Dengan cara ini saya dapat
mengajak anak untuk belajar secara  langsung. Karena anak bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi, akan tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Bukankah proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk memberikan pengalaman
belajar agar anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya? Sehingga dengan cara ini, saya dapat mengenalkan dan melatih nya untuk memiliki pola hidup hemat.

#IbuProfesional
#BundaSayang
#Level8
#Tantangan10Hari

0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget