CERDAS FINANSIAL 5
“Kearifan Anak Penghias Jiwa”
Ada hal menarik dari kakak Aqila yang saya temukan. Ia memiliki kearifan khas anak-anak di setiap perkataan dan tindakannya. Tak ada yang dapat mengukur sebesar apa kapasitas anak memahami berbagai hal di sekitarnya. Maka, saya menjadi mengerti tentang apa yang disampaikan oleh banyak ahli bahwa anak-anak membuat kita terus belajar.
Paham konsumerisme telah mengancam kita dari segala penjuru. Setiap hari kita telah melihat melalui berbagai media selalu mengiming-imingi kita supaya tergiur untuk membeli, membeli dan terus membeli. Kakak Aqila yang mulai kaya pengetahuan dari beberapa informasi yang didapat. Baik dari teman-temannya atau beberapa media.
Anak saya kadang suka termakan iklan atau pembicaraan teman-temannya. Apalagi belum lama ini sepupunya memiliki sepeda motor baru. Yang modelnya belum pernah kami miliki.
“ ibu, kenapa motor kita nggak ganti kayak punya mb Ela? kita beli motor seperti itu ya bu bagus!” ujarnya.
Sudah beberapa hari ia membicarakan model motor matic seperti milik sepupunya. Selama itu pun saya harus berusaha memberikan pengertian bahwa sepeda motor yang kami miliki dan pakai selama ini sudah mencukupi karena dalam kondisi baik.
Namun, kemarin saya memergoki kakak Aqila sedang membuka celengan infaknya. Ia pindahkan uang yang ada di celengan infaq itu ke dalam celengan tabungannya. Ia sedikit kaget dan tersenyum malu saat ia tahu bahwa saya sedang memperhatikannya.
“ kakak sedang apa?” tanyaku sambil tersenyum.
“ hihi...uangnya aku masukan celengan buat nabung bu.” jawabnya dengan sedikit rasa takut yang dapat kulihat dari mimik wajahnya.
“ lho kan kita sudah bagi semuanya. Sudah ada yang untuk menabung, infaq dan jajan sayang. Kenapa yang di celengan infaq kakak masukkan ke tabungan?”
“ biar cepet penuh tabunganku bu.” jawabnya sambil menunduk.
“ya kakak sabar saja, asal kita rutin menabung, lama-lama juga penuh kok celengannya.”
“ tapi aku pengen beli motor matic kayak punya mb Ela bu, jadi aku pindahin uang nya biar cepet penuh.”
“ kak, kalau kayak gitu kakak nggak bisa sedekah nasi lagi karena uang kakak masuk tabungan semua. Katanya pengen disayang sama Allah?”
“ ya iya bu, tapi aku pengen motor matic kayak itu biar aku bisa naik sambil berdiri di depan.”
“ lebih baik kita menahan diri untuk tidak mudah kepengen dan tetap menyisihkan uang untuk berbagi dengan orang lain. Lagi pula motor kita masih layak dan nggak pernah rusak. Jadi kita tidak butuh motor baru kak. Punya mbak Ela itu mamaknya yang belikan untuk mb Anin yang mau sekolah di tempat yang jauh. Jadi mereka memang butuh kak.” jelasku dengan harapan hal ini dapat diterima olehnya.
Percakapan singkat ini tak menyisakan banyak hal, hanya kulihat kakak Aqila mulai tersenyum dan meninggalkan kedua celengannya begitu saja.
Saya sering memberikan gambaran bahwa betapa mahalnya harga sebuah sepeda motor baru. Dengan harga seperti itu berapa banyak sepeda seperti miliknya yang dapat dibeli dibandingkan dengan satu buah sepeda motor. Setiap kali kami sedang berada di perjalanan, ia sering menunjuk sejumlah sepeda motor yang ada di jalan raya dengan model matic mirip seperti punya sepupunya itu dan sesering itu pula saya menunjukkan kepadanya pemandangan orang-orang yang berdesakan di angkutan umum, anak-anak yang berjalan kaki di saat panas terik dan debu yang berterbangan.
Saya ajak kakak Aqila untuk melakukan percakapan untuk menjajaki perasaannya dan memberinya pertimbangan jika seandainya saja dia yang menjadi salah satu diantara anak-anak itu atau jika ibu dan ayahnya adalah orang yang sedang mendorong gerobak sampah di pinggir jalan. Lalu saya menceritakan tentang kisah seorang tukang sol sepatu yang hari jumat lalu ia bertemu dengannya, pakde tukang sol sepatu itu tidak setiap harinya makan sehari 3 kali. Maka saat hari jumat , beliau adalah salah satu orang penerima sedekah nasi dari kami.
Hari ini ketika saya menjemputnya dari sekolah, ia menunjuk sebuah sepeda motor yang benar-benar bagus, mewah dan mentereng.
“ bu, lihat itu. Kan masih banyak orang yang nggak bisa makan ya, orang itu malah naik motor bagus.” ujarnya.
Saya tertegun dibuatnya. Tak ada yang bisa saya ucapkan kepadanya. Saya hanya memohon kepada Allah dalam hati, supaya kami selalu dijaga dari keinginan untuk hidup berlebihan dan supaya kami dapat selalu bersyukur dengan apa yang kami miliki saat ini.
Salah satu bagian dari melatih kecerdasan finansial kepada anak adalah termasuk dengan memberikan pemahaman bahwa anak harus menabung jika ingin membeli sesuatu. Selain itu juga dengan mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam membeli barang. Sehingga anak paham, saat temannya memiliki barang bagus, ia mengerti bahwa temannya punya kemampuan lebih dibanding dirinya atau anak-anak lain. Dengan memahami setiap orang berbeda, anak pun tak merengek meminta barang yang sama dengan temannya, padahal orang tua tak mampu membelikannya.
#IbuProfesional
#BundaSayang
#Level8
#Tantangan10Hari
0 komentar:
Posting Komentar