Sabtu, 27 April 2019

CERDAS FINANSIAL 4
“harta itu milik siapa?”

Menurut beberapa ahli, Usia 3-5 tahun adalah masa yang tepat untuk mengenalkan makna harta, dengan mengajarkan kepemilikan. Ketika anak tidak diajarkan kepemilikan, maka kebanyakan dari mereka yang menganggap remeh arti dari sebuah barang. Ia Merasa orang tuanya mampu membelikan lagi kalau barang tersebut hilang atau rusak.

kita perlu memberikan pengertian ke anak tentang cara memaknai harta dengan rasa cukup. Kenalkan bahwa mendapatkan uang itu tidak mudah.
Membutuhkan usaha, misalnya dengan berjualan, bekerja di suatu tempat dan lain-lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melihat profesi apa saja yang ada di sekitar anak. Misalnya seorang pedagang keliling. meskipun hujan deras  atau panas terik, mereka tetap berjualan.atau profesi yang lain. Bahkan profesi orangtua pun
harus bisa menjadi contoh untuk anak.

Kita mesti sampaikan ke anak tentang Harta itu milik siapa?
Milik Allah yang dititipkan melalui Ayah atau ibu.
Jadi, anak tidak boleh asal mengambil uang atau barang walaupun yang punya sedang tidak ada. Karena tahu itu bukan miliknya dan harus ijin dahulu kalau tidak itu namanya mencuri.

Nah, sayangnya saya merasa belum menyampaikan tentang kosa kata mencuri ini. Yang sering saya sampaikan hanyalah bila mau ambil sesuatu bilang dulu sama yang punya. Tadi malam saya baru menyadarinya, bahwa sulungku ini belum mengerti makna mencuri. Saat ia bercerita semua kegiatannya di sekolah. Dari awal masuk mengucap salam dan berjabat tangan dengan bundanya sampai waktunya pulang. Ia bercerita dengan penuh semangat dan sangat detail. Namun ada yang mengusik hatiku saat ia bilang  ingin membeli permen tapi ibu kantin sedang tidak ada di kantin.

“ bu, pas istirahat tadi aku mau beli permen. Tapi ibu kantinnya nggak ada.”

“ oh ya? Kakak tau nggak ibu kantin lagi kemana?”

“nggak bu.”

“ lama nggak perginya ibu kantin itu?”

“ lama banget bu..sampai aku dipanggil bundaku.”

“ lha terus apa kakak jadi ambil permennya?”

“ jadi bu”

“ trus uangnya dikasih siapa dong kalau ibu kantinnya nggak ada?”

“ ya aku bawa pulang lagi. Tu ada di tas.”

“ lah..sayangku...kok begitu? Kita tu nggak boleh lho ambil barang orang tapi nggak bilang apalagi itu barang dagangan ibu kantin kak.”

“ ya aku tu mau ngomong kalau aku mau beli permen. Aku juga bawa uangnya. Tapi ibu kantin nya nggak ada, ya aku bawa lagi uangnya.”

“ besok lagi kalau mau beli, trus ibu kantin nggak ada , jangan ambil apa-apa ya. Kakak beli nya bisa nanti lagi kalau ibu kantin sudah ada. Kakak harus bisa tahan kepinginnya ya. Karena kalau ambil barang orang lain terus yang punya lagi nggak ada, itu namanya mencuri.”

“ oh..dosa dong bu?”

“ya iya...mencuri itu kan merugikan orang lain, Allah nggak suka kak.”

“ tapi permennya sudah habis kumakan bu.”

“ ya udah besok pagi kita ke rumah ibu kantin bayar permen yang kakak ambil dan kakak minta maaf ya?”

“ iya bu.”

Saya menyadari bahwa anak tak mungkin 24 jam bersama saya terus menerus. Dia tentu akan berinteraksi dengan orang lain. Peristiwa apa saja yang dialami anak belum tentu saya tahu semuanya. Maka, saya merasa sangat terbantu sekali dengan momen bercerita sebelum tidur. Kami biasanya saling menceritakan pengalaman seharian atau saya membacakan cerita untuk kakak Aqila. Sehingga hal-hal seperti ini dapat saya ketahui saat kami sedang melakukan percakapan sebelum tidur. Saya pun dapat melakukan detoks kepada anak jika anak melakukan hal-hal yang tidak baik.

Pagi harinya kami berkunjung ke rumah ibu kantin dan menyampaikan semuanya. Kakak Aqila pun meminta maaf dan kami akan membayar harga permen yang kakak Aqila ambil. Tapi ibu kantin malah tertawa karena saya menganggap hal kecil seperti itu terlalu serius. Karena biasanya ia mendapati banyak anak-anak yang mengambil jajan tidak ngomong dan tidak bayar. Ia anggap hal itu wajar karena masih anak-anak. Namun tidak bagi saya, meskipun terlihat remeh, saya tidak bisa membiarkannya karena akan tidak baik pada akhirnya. Waktu kami berpamitan untuk pulang dan membayarkan permennya, uang kakak Aqila justru ditolak dan kakak Aqila malah mendapat beberapa bungkus permen dan makanan ringan lainnya. Saat perjalanan pulang kakak Aqila sempat bertanya,

“ Kita mau bayar kok malah dikasih banyak jajan ya bu?”.

Lalu saya sampaikan kepadanya bahwa,

“apa yang kakak dapatkan hari ini , itu karena kita melakukan kejujuran kak dan Allah menyukai orang-orang jujur.”

#IbuProfesional
#BundaSayang
#Level8
#Tantangan10Hari

0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget