CERDAS FINANSIAL 9
“ Bermain Sambil Belajar”
Dalam rangka melatih anak cerdas finansial, beberapa permainan yang saya lakukan bersama kakak Aqila bertema tentang uang. Seperti hari ini, saya dan kakak Aqila bermain peran. Sebelumnya saya telah menyiapkan beberapa lembar uang mainan sebagai alat tukar dalam permainan kami.
Sengaja saya susun beberapa makanan, minuman dan mainan kesukaannya sebagai stimulus agar hasratnya untuk memilikinya muncul. Saya bangun percakapan sederhana dengannya. Sebuah percakapan yang dimulakan oleh kakak Aqila yang merasa penasaran dengan apa yang saya lakukan.
“ ibu..kenapa semuanya ibu keluarkan? Aku mau ager nya bu.”
“ hehe...ini ceritanya ibu lagi jualan loh. Kamu kalau kepengen ya beli sama ibu kak.”
“ iya bu aku mau beli dua ya.”
“ oh oke...kakak punya uang nggak untuk beli?”
“ nggak bu...ya nanti kan aku dikasih uang ibu untuk beli itu.”
“ wah..kakak nggak selamanya lho kalau kita menginginkan sesuatu bisa minta uang ke ibu atau ayah. Kakak harus berusaha untuk bisa dapat uang.”
*Ngambek*
“ jadi mau beli nggak? Kita kan lagi main. Jadi ya pura-pura aja kak. Kalau kakak pingin makanan itu dan gak punya uang kakak bisa kerja atau jualan apa saja untuk dapat uang. Kita pura-pura ya kak.”
“ aku nggak jadi beli lah. Aku mau minta aja.”
“ hmmmm… kamu inget nggak, boneka itu dulu kita dapat dimana?”
“ di toko kaca, ibu yang belikan.”
“ oh ya? Hebat ya kakak inget. Gimana ceritanya tu ibu bisa punya uang dan beli boneka buat kakak?”
“ kan ibu sekolah. Jadi bu guru. Jadi ibu punya uang.”
“ nah...itu salah satu profesi kak, dengan kemampuan yang kita punya, kita bisa dapat uang. Jadi kakak bisa lakukan dari apa yang kakak suka untuk bisa dapat uang.”
“aku sukanya main”
*gleek saya tahan nafas*
“ iya...kakak ingat kan waktu kita main di dapur dan kakak jadi koki kecil? Kakak bikin apa ya waktu itu?”
“ bikin es krim”
“ nah dari bikin es krim bisa kita jual loh buat dapetin uang.”
“ hehehehe…iya ya bu...kalau gitu aku mau bikin es krim ah nanti aku jualan ya bu, terus ibu yang beli.”
“ oke…”
Kakak Aqila bergegas mengambil peralatan membuat es krim. Setelah es krim jadi ia berperan menjadi penjual es krim keliling dan membunyikan suara sebagai reklame yang ia lakukan sambil sesekali menawarkan es krim buatannya. Saya pun berperan menjadi pembeli yang baik. Es krim yang saya beli cukup banyak, sehingga saya menyerahkan sejumlah uang mainan senilai harga es krim yang telah disepakati. Meskipun kakak Aqila belum mengerti nominal uang dan macam-macam uang pecahan. Hal ini tetap saya lakukan untuk mengenalkannya.
Beberapa saat kemudian ia merasa telah memiliki banyak uang dari hasil jualan es krim. Segera ia ingin membeli agar-agar kesukaannya dan boneka kesayangannya. Tapi saya cegah ia untuk membelinya. Saya ajarkan ia untuk berpura-pura menghitung uang yang diperoleh dari hasil jualan es krim. Saya sampaikan ke kakak Aqila untuk mengelola uangnya supaya tidak habis untuk membeli barang-barang. Ada bagian untuk infaq, bagian untuk belanja , dan bagian untuk di tabung. Seperti biasa, ketiganya akan diletakkan di tempat yang berbeda. Dalam hal ini, kami menggunakan toples karena hanya mainan. Lalu ia hendak membelanjakan uang jatah belanjanya untuk membeli boneka dan agar-agar kesukaannya.. Karena uangnya terbatas tentu saja ia tidak mendapat keduanya. Tapi salah satunya saja. Ia harus belajar menahan diri sampai ia mendapat cukup uang untuk membeli agar-agar.
Permainan ini sangat sederhana namun sarat akan makna. Banyak hal yang dapat dipelajari dari permainan ini. Diantaranya adalah :
1 . Mengajarkan anak untuk memahami bahwa untuk mendapatkan uang dia harus bekerja terlebih dahulu dan uang yang dia dapatkan baru dapat dibelikan makanan ataupun barang lain. Cara edukasi keuangan untuk anak yang bagus dan tepat menurut saya karena dalam suasana bermain dan terasa menyenangkan.
2 . Belajar menunda kesenangan dan bersabar. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa anak yang mampu menunda kesenangan hidupnya jauh lebih baik ketika anak itu telah dewasa. Artinya kemampuan seseorang untuk menunda kesenangan itu sangat penting untuk mulai diajarkan dan ditanamkan pada anak sejak dini. Tetapi sangat disayangkan sebagai orang tua kadang kita tidak mengajarkan anak untuk menunda kesenangan, malah sebaliknya mempercepat kesenangan itu didapatkan oleh anak.
3 . Mengajarkan anak untuk ber entrepreneur sejak dini. Hal ini dapat menjadi stimulasi jiwa dagang anak melalui hal-hal yang menjadi hobby nya.
#IbuProfesional
#BundaSayang
#Level8
#Tantangan10Hari
0 komentar:
Posting Komentar