Minggu, 10 Februari 2019

MENSTIMULUS KECERDASAN LOGIS MATEMATIS 4



Setiap anak dilahirkan cerdas dengan potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Tugas orang tua menggali potensi yang dimiliki anak dan mengembangkan potensi kecerdasannya serta mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai dewasa, dengan memberikan lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Yang juga dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Tugas level 6 kali ini selain bertujuan untuk menstimulasi anak menyukai matematika juga menuntut kreativitas seorang ibu dalam mendampingi anak untuk menggali potensi logis matematis yang dimiliki oleh anak. Pada awalnya hari ini belum terpikirkan akan melakukan apa dengan si kecil. Namun ide itu muncul justru saat kami bertemu dengan masalah. Pada saat kakak Aqila sedang ingin bermain dokter-dokteran ia mencari peralatan kedokterannya yang terpisah satu sama lain. Beberapa telah ditemukan, namun ia menjumpai stetoskopnya dalam keadaan rusak dan yang tersisa hanya bagian atasnya saja. Saya menjumpai ia mampu mengutarakan perasaan dan keinginannya dengan baik sebagai bentuk kemampuan komunikasinya. 

Baca Juga ya

Disadari atau tidak bahwa dalam menyelesaikan masalah itu terkadang diperlukan kemampuan berbahasa , saya sejak awal menanamkan kepada kakak Aqila jika menjumpai masalah jangan hanya menangis karena keadaan tidak akan berubah jika hanya menangis tapi harus bicara. Sehingga orang lain mengerti apa mau kita. Menangis boleh sebagai ungkapan kesedihan atau luka fisik yang dialami tapi tetap harus bicara untuk menyampaikan semuanya. Hal ini telah tertanam pada diri Aqila sehingga ia pun mampu mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan keinginannya.
“ ibu, aku mau jadi dokter tapi yang untuk periksa malah rusak.” wajahnya tampak muram dan sedih .
“ oh kok bisa ya...apa karena menyimpannya kurang baik ya kak kok bisa putus semua gitu?” tanyaku perlahan.
“ aku nggak tau, dulu waktu aku main udah aku beresin tapi malah rusak.” ujarnya.
“ ya mungkin karena alat itu ketekuk - tekuk terus jadinya mudah putus ya kak, nggak apa- apalah ya besok kalau tabungan kakak udah cukup bisa beli lagi” ujarku sedikit membujuknya.
“ terus sekarang aku gimana bu..aku kan mau jadi dokter...apa aku bisa pake alat periksa pura-pura?”
“ oh..ya tentu saja bisa memang mainan yang pura -pura mau pake apa?” tanyaku.
Kakak aqila tidak menjawab sama sekali. Ia berlari menuju kamar tengah dan berusaha menemukan tali rafia. Tiba- tiba ia memintaku untuk membuat simpul untuk mengikatkan tali pada bagian atas stetoskop yang masih dapat digunakan lalu bagian bawah tali ia mengusulkan menggunakan tutup gelas. Hal ini membuatku terharu, karena ia tidak merengek tapi justru berusaha membuat solusi agar ia tetap bisa main berperan sebagai dokter meskipun sangat terlihat sekali bahwa ia sedih.
Melihat hal ini saya teringat pada sebuah majalah anak yang dapat membuat stetoskop sederhana dengan menggunakan kain flanel. Saya pun mengusulkan kepada Aqila untuk membuat stetoskopnya dari kain flanel supaya lebih cantik daripada pakai tali rafia. Rupanya kegiatan ini sangat berhubungan dengan kegiatan kemarin saat mengenal dan membuat pola bentuk geometri dua dimensi. Kami hanya memerlukan sebuah bando , kain flanel dan lem untuk membuat stetoskop ini. Setelah itu Aqila kuminta membuat dua buah pola persegi panjang diatas kain flanel dengan menggunakan penggaris yang ukurannya telah ibu buatkan dan disesuaikan dengan bandonya dan yang satunya lagi dibuat lebih panjang sebagai pipa stetoskopnya. Meski sedikit kurang rapi namun Aqila telah mampu membuat polanya dan mengguntingnya dengan benar. Lalu membuat lingkaran dengan cara menjiplak tutup gelas yang sudah ia ambil tadi.




Setelah pola persegi panjangnya jadi, ia kuminta menggulungkannya ke bando yang telah disiapkan dan menutup ujungnya dengan warna kain flanel yang berbeda setelah itu ibu yang merekatkannya dengan lem bakar. Karena kakak Aqila belum dapat menggunakan lem bakar karena itu sedikit berbahaya baginya. Lalu menempelkan pola persegi panjang yang satunya di tengah bando dan dibiarkan menjuntai ke bawah sebagai pipa stetoskop. Selanjutnya tinggal memberi lem pada kain flanel berbentuk lingkaran dan menempelkannya di ujung pipa stetoskop. Dengan sedikit hiasan yang berbentuk hati di atas kain flanel berbentuk lingkaran Aqila telah dapat menyelesaikan stetoskopnya dan siap untuk dimainkan. Setelah stetoskopnya jadi kakak Aqila tampak senang sekali dan ia bersemangat menjadi dokter. Oya disela - sela prose pembuatan stetoskop ini, Aqila kuminta untuk menyebutkan bentuk geometri yang sedang dibuat nya.sambil bermain sambil belajar bentuk geometri. Kegiatan ini juga dapat melatih kaka Aqila dalam membuat garis dengan menggunakan penggaris dan konsentrasi saat memotong garisnya supaya lurus dan rapi. Meski hasilnya belum sempurna namun sudah dapat dikatakan kakak Aqila berhasil. Alhamdulillah kakak Aqila sangat bangga dengan stetoskop buatannya sendiri ia pun memainkanya dengan senang hati dan bahkan ia tunjukan hasil kerjanya kepada teman-temannya.

Baca Juga ya


0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget