MENJAJAKI GAYA BELAJAR ANAK DENGAN BERAGAM KEGIATAN
“ MENGENAL BUMBU DAPUR”
Dalam hal belajar yang paling membekas dan berkesan dalam emory otak manusia adalah sesuatu yang disampaikan dan dilakukan. Beberapa ahli mengatakan bahwa penyerapan makna informasi dalam belajar 10 % didapat dari membaca, 20 % dari mendengar dan melihat 50 %, namun dengan mengatakan - komunikasi mencapai 70 % dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%. Namun meskipun begitu, tidak ada segala sesuatu yang baik dihasilkan dengan cara yang instan. Semuanya butuh waktu dan proses. Dalam hal belajar pun memerlukan proses hingga seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan.
Nah, kemampuan yang dimiliki seseorang tidaklah datang secara tiba-tiba, tapi melalui proses lama dan latihan berulang-ulang. betapa pentingnya proses pengulangan dalam proses Pendidikan, sebab dengan adanya pengulangan terdapat proses ketahanan diri dan hebatnya ia bekerja. Dalam proses pengulangan terdapat proses mengingat yang tak kalah hebatnya. Makin sering mengingat dan berpikir diulang maka makin tinggi kemampuan seseorang. Bila tidak diulang atau bahkan tidak digunakan, maka semakin lama akan semakin hilang pengetahuan dan kemampuan seseorang.
DISINI
Baca Juga ya
Menyadari akan pentingnya melakukan pelatihan dan pengulangan untuk mampu menguasai sesuatu, maka saya merasa perlu melakukan stimulasi kepada anak agar muncul keinginan untuk melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan kemampuan anak. Dalam hal ini, saya mengharapkan Aqila nantinya dapat menjadi seorang anak perempuan yang tumbuh dengan sebuah kebiasaan memasak sendiri untuk kepentingan makan dirinya dan keluarga. Di usianya yang masih balita, saya tidak mengajarkannya cara memasak. Namun melibatkannya dalam proses nya sebelum memasak. Dari mulai menjadikannya koki cilik yang akan meracik menu dan memotong sayuran dan lauk, mengajarkannya memecah telur dan mengaduknya, serta mengenalkannya dengan beberapa bumbu dapur. Tak jarang sayapun melibatkannya dalam proses mencari bahan-bahan yang akan dimasak dan beberapa bumbu dapur yang terdapat di kebun pekarangan rumah.
Melibatkannya ke dalam pekerjaan rumahtangga bukan berarti membebaninya dengan segudang kegiatan yang menjenuhkan dan melelahkan seperti yang banyak para ibu-ibu keluhkan, apalagi keberadaan anak yang lagi kepo dengan ibunya yang sedang melakukan kegiatan memasak dianggap sebagai pengganggu. Jauh dari kesan itu semua, saya berusaha membuat Aqila senang dan menyukai kegiatan memasak ini, apalagi kalau judulnya adalah “memasak untuk ayah” maka si kecil ini akan sangat bersemangat sekali mengikutiku di dapur. Sebuah Pendidikan karakter pun dapat kita tanamkan pada anak-anak perempuan kita bahwa, melayani ayah sepulang kerja adalah perbuatan yang mulia dan terpuji, Allah akan sayang pada kita dan ayahpun akan senang ketika Lelah pulang kerja telah tersaji masakan yang lezat.
Adapun upaya yang saya lakukan agar kegiatan ini menyenangkan baginya adalah dengan memberinya peran sebagai koki ciliknya ayah ibu, sang koki harus menyiapkan segala sesuatunya untuk dimasak, baik dengan mencari bahannya dengan membeli atau mencari di kebun. Hampir setiap hari aku mengajak Aqila ke warung tetangga untuk membeli beberapa bahan makanan seperti sayur, ikan dan bumbu-bumbu dapur. Atau dengan melibatkannya ketika harus mencari rimpang jahe, kunyit, lengkuas dan daun salam di kebun pekarangan rumah. Tentunya kegiatan ini harus dibarengi dengan percakapan-percakapan yang menarik terkait misi memasak. Dialog selalu kulakukan untuk memancing eksplorasi perasaanya. Beberapa kali, akupun memintanya untuk mengambil beberapa bumbu seperti cabai, bawang merah dan putih atau yang lainnya. Namun, Aqila masih sering sekali masih belum tepat mengambil bumbu-bumbu itu. Ah.. hal itu tak jadi masalah bagiku, karena memasak bersamanya berarti bermain bersamanya dan hal itu membuatnya senang. Sehingga perlu waktu dan proses serta kegiatan berulang-ulang yang tidak sebetar tentunya agar Aqila mengetahui nama-nama bumbu dapur dengan baik, ia dapat mengenalinya dari aroma, tekstur dan bentuknya.
DISINI
Baca Juga ya
Kali ini saya dengan sengaja menyiapkan beberpa bumbu dapur secara rapi diatas cawan kecil selain persiapan untuk memasak, hal ini sengaja saya lakukan supaya lebih teratur agar memudahkan saya dalam mengidentifikasi pemahaman Aqila tentang bebagai macam bumbu dapur. Tentunya dengan melibatkannya dalam persiapan nya, seperti memintanya untuk mengambil semua bumbu-bumbu yang saya sebutkan satu persatu untuk diletakkannya di sebuah cawan kecil. Setelah semuanya tersusun rapi, sengaja saya memberinya pertanyaan untuk menunjukkan kepada saya apa yang saya sebutkan. Melalui kegiatan ini ada proses dua kali pengulangan dan dua kali proses mengingat dan dua kali proses melakukan. Yang pertama fase persiapan dan yang kedua fase menunjukkan.
Ternyata Aqila mampu menunjukkan benda-benda yang saya sebutkan, meskipun beberapa masih ada yang kurang tepat, namun sebagian besarnya dia telah mengenal bumbu-bumbu dapur itu dengan baik. Proses belajar ini melibatkan seluruh inderanya dari melihat, mendengar, mencium aroma, menyentuh, dan merasa. Sehingga iapun memiliki pengalaman belajar dengan gaya belajar yang kompleks yaitu visual, auditory dan kinestetik. Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah melatih kefokusan, melatih kemampuan membedakan melalui aroma, tekstur dan bentuk, serta melatih ingatannya dalam mengenal nama-nama bumbu dapur.
nah berikut rekaman kegiatannya
Baca Juga ya
#harike15
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP
0 komentar:
Posting Komentar