Jumat, 23 November 2018



METODE MENGGUGAH EMPATI ANAK






Di dalam Al-quran terdapat beberapa ayat yang menyampaikan tentang pentingnya mengasihi anak yatim dan memberi makan orang miskin. Misalnya saja pada surat Al-Maun, beberapa hari aku butuhkan untuk melatih Aqila untuk melafazhkan surat Al-maun hingga ia menghafalnya dengan baik. Tentunya dalam surat ini ada makna mendalam tentang sikap peduli kepada oranglain dan harapan kami  tidak cukup hanya sampai menghafalkannya saja Juga bukan hanya sekedar dapat memasukkan uang receh di kotak amal. Kalau berhenti sampai disini maka yang dihasilkan hanyalah  kebiasaan berinfaq semata namun tak memahami makna dan tujuan berinfaq dan sedekah. Pada dasarnya kebiasaan infaq dan sedekah itu dapat menumbuhkan rasa empati dan kemampuan merasakan kesulitan atau penderitaan orang lain. hal inilah yang sulit sekali terwujud pada diri anak-anak. Namun upaya menumbuhkannya tetap harus dilakukan secara konsisten karena dunia anak adalah dunia konkret penuh dengan kenyataan bukan dunia yang hanya dilukiskan dengan kata-kata semata.


Dalam rangka melatih Aqila untuk berinfak dan sedekah, aku memulainya dengan membiasakan peka dengan kotak amal yang sangat mudah dijumpai di beberapa tempat. Seperti di masjid, di toko, di sekolah, di fotokopian atau di pusat-pusat perbelanjaan seperti swalayan. Masih ingat betul pertama kalinya ku  kenalkan dia dengan kotak amal itu pada moment hari raya sebelum sholat ied dimulai. Sengaja dari rumah ku bekali dia dengan selembar uang sepuluh ribu yang kuberikan padanya dan ku katakan padanya bahwa uang itu untuk dimasukkan di kotak amal. Dia pun memahaminya dengan baik hingga pada saat kotak itu sampai di hadapan kami, Aqila langsung mengeluarkan selembar kertas yang kuberikan tadi lalu diilipatnya sekecil mungkin supaya masuk ke dalam kotak amal. Pengalaman pertama ini baru tahap mengenalkan kepadanya tentang kotak amal.

Selanjutnya, ada hal unik yang terjadi pada pengalaman kedua. Pengalaman ini terjadi pada saat Aqila kuajak ke sekolah tempatku mengajar. Di kantorku terdapat sebuah kotak amal yang terbuat dari kaca, sehingga isi di dalamnya tampak jelas dari luar. Setelah beberapa saat dia berada di kantorku untuk beradaptasi dengan ruangan itu, dia mulai memberanikan diri untuk berpindah tempat dan lama-lama ia mendekati kotak amal transparan itu. Kuperhatikan dia dengan seksama, aku mencoba menerka apa kiranya yang akan dia lakukan dengan kotak amal itu. Tak lama kemudian, dia bertanya  kotak apakah itu. Spontan saja ku jawab bahwa itu adalah  kotak amal yang fungsinya sama dengan kotak amal yang ada di lapangan waktu kami sholat ied tempo hari. Diapun berlari menghampiri dan meminta uang kepadaku. Oh, awalnya kuanggap dia mengerti tentang konsep kotak amal ini, bahagia aku dibuatnya dan kuambilkan selembar uang duaribuan lalu kuberikan kepadanya. Ternyata Aqila menolaknya, kaget juga aku dibuatnya mengapa dia tidak menerima uang itu. Kutanyakan perihal apa dia menolak uang pemberianku. Diapun menjawab bahwa yang dimasukkan kedalam kotak amal dulu bukan uang itu (duaribuan) tapi yang warnanya pink (sepuluh ribuan). Sontak saja aku mengernyitkan dahiku tanda tak menyangka dia akan meminta jenis uang yang sama. Aku tak mampu memberikan alasan saat itu juga, yang aku lakukan seketika itu adalah mencari uang kertas sepuluhribuan. Beberapa lembar uang dengan nominal yang berbeda aku keluarkan dan kujejerkan di atas meja, sengaja aku lakukan untuk mengujinya lembaran uang yang manakah yang dulu dia masukan dalam kotak amal. Wah…ternyata dia tidak melupakan jenis uang sepuluh ribuan itu, tak butuh waktu lama untuk Aqila menemukan uang sepuluh ribuan. langsung diambil dan dilipatnya lalu dimasukkannya dalam kotak amal transparan itu. Alhamdulillah ucapnya senang sekali. Aku hanya tercengang melihat apa yang dilakukan putri kecilku ini.
  


Di pengalaman-pengalaman berikutnya pun terjadi hal yang sama, maka saatnya aku memberikan pengertian kepadanya bahwa untuk berinfak tidak harus dengan jenis uang sama. Karena dia belum mengerti nominal uang, maka belum aku sampaikan tentang besaran uang. Yang kusampaikan kepadanya adalah berapapun dan apapun jenis uangnya,warna dan gambarnya boleh dimasukkan dalam kotak amal, jadi tidak harus mencari gambar uang yang sama seperti dulu. Bahkan uang logam pun boleh dimasukkan dalam kotak amal, tergantung yang kita punya. Dari sinilah Aqila mulai tidak pilih-pilih terhadap uang untuk dimasukkan dalam kotak amal. Berapapun yang diberikan oleh ibu atau yang ada dalam kantong bajunya, ia terbiasa memasukkan uang ke dalam kotak amal apabila dia menjumpainya. Karena memang focus pembiasaan dan penanaman ini adalah peka dan terbiasa berbagi. Bukan focus pada nominal yang diberikan.

Pada kesempatan berikutnya akau melihat sebuah peningkatan pada diri Aqiila tentang sebuah nilai kepekaan terhadap kotak amal. Suatu hari kami mengunjungi sebuah Swalayan untuk belanja. Usai kami belanja dan membayar di kasir kami hendak pulang dan menuju pintu keluar, rupanya di samping pintu keluar itu terdapat deretan kotak amal yang terbuat dari kaca dan jumlahya lebih dari satu, nampaknya kotak-kotak amal itu berasal dari berbagai tempat.  Hal itu dapat dipastikan dari stiker yang terpasang di masing-masing kotak amal dan gambar yang menyertainya. Aqila menanyakan gambar-gambar itu kepadaku, maka dengan sabar hati aku menjelaskan satu per satu gambar yang ada di setiap kotak amal. Ada yang dari pembangunan masjid, pembangunan pesantren dan pondok, ada yang untuk anak-anak yatim piatu di sebuah panti asuhan dan untuk anak-anak yang menderita sakit tertentu. Bahkan gambar-gambar itu telah mewakili peruntukan dana dalam kotak amal tersebut. Aku hampir tidak tahu apa yang ada dalam pikiran putri kecil ku. Dia meminta dua lembar uang untuk dua kotak amal. Kupikir tadinya dia hanya akan memasukkan begitu saja uang-uang itu secara acak, tapi ternyata tidak. Dia manaruh perhatian pada gambar anak-anak yang sedang sakit dan anak-anak di panti asuhan. Dan pilihannya jatuh pada kotak amal dengan kedua gambar tersebut. 


Karena penasaran aku bertanya kepadanya mengapa ia memilih kedua kotak amal itu diantara kotak amal yang lain,
“kak, semua kotak amal kan sama saja kenapa kakak pilih-pilih gitu?”
“ ibu… semua kotak itu beda bu…” jawabnya.
“ bedanya apa?”
“ kan kalau kotak yang ini sama yang itu ada gambarnya teman-teman aku bu..” sambil ia menunjuk pada dua kotak amal yang bergambar anak-anak kecil.
“ oh…jadi kakak mau masukkan uangnya ke kotak yang ada gambar temen kakak?”
“ iyalah bu…mereka itu lagi kasian dan sedih”
“kok kakak tahu kalau mereka lagi sedih?”
“ ya kan dia lagi sakit, trus temenku yang banyak itu mereka nggak punya ayah sama ibu makanya tinggalnya rame-rame.”
“loh…darimana kakak tahu kalau mereka nggak punya ayah dan ibu kemudian mereka tinggal rame-rame?”
“ ya kan ibu dulu bilang waktu kita baca majalahku kalau ada panti asuhan itu berarti temenku yang nggak punya ayah sama ibu, tadi ibu bilang kalau temenku yang banyak di gambar itu ada di panti asuhan. Ibu gimana to kok lupa?” jawabnya Panjang dengan nada sedikit penekanan berusaha mengingatkan ibunya.

Oh..masyaallah…Aqilaku… engkau benar-benar istimewa. Terkadang kita yang orang dewasa saja tidak sampai pada pemikiran yang demikian. Namun anakku , telah mengajarkan padaku tentang sebuah empaty yang mendalam. Terkadang anak sangat perlu dipertemukan langsung dengan situasi nyata yangga da di hadapannya. Sebuah kehidupan yang sengsara dan keadaan yang menyedihkan disbanding dengan kehidupannya. Meski aku belum sampai pada tahap ini dalam membangun rasa empati Aqila, namun upayaku melalui cerita bergambar telah mampu menggugah hatinya untuk peduli dengan kehidupan oranglain. ada beberapa hal yang perlu orangtua perhatikan dan lakukan dalam menumbuhkan rasa peduli kepada oranglain diantaranya adalah :
  1. Melakukan dialog tentang berbagai macam perasaan yang dirasakan oranglain.

Lakukan hal ini sesering mungkin dengan kalimat dan Bahasa yang tepat. Upayakan setiap moment kebersamaan dengan anak ada hal-hal yang menjadi bahan untuk diperbincangkan dengan anak mengenai perasaan oranglain. misalnya saja saat sedang berjalan-jalan kemudian melihat orang yang sangat sepuh kesulitan membawa barang yang banyak dan berat, maka dengan melihat kejadian ini kita dapat mengatakan kepada anak, “ Ya Allah..kasihan sekali embah itu ya nak, tubuhnya sudah lemah namun harus membawa barang segitu banyaknya. Embah itu pasti sangat Lelah ya nak..”

Atau kita dapat memberikan contoh kepada anak tentang perasaan anak lain yang seumuran dengannya,” nak…sepertinya Bella tadi marah karena makanannya tumpah di lantai ya..kasian dia nggak jadi makan.” Atau ketika mendengar berita duka yang ada disekitar kita, “ Duh, sedih banget ya mbk Devi masih TK udah kehilangan ayahnya karena meninggal dunia.”

Tentunya masih banyak sekali moment kebersamaan kita dengan anak yang dapat kita manfaatkan untuk mellakukan dialog penggugah empaty anak-anak kita.


  1. Mengajak anak membayangkan dirinya menjadi anak lain.

Lakaukan hal ini pada saat yang tepat, rangkaialah sebuah kalimat yang yang dapat menggugah hatinya untuk dapat merasakan perasaan anak lain. hal ini biasanya sering aku lakukan pada saat Aqila tak mau berbagi mainan dengan anak temanku yang sedang siaturahmi ke rumah. Biasanya ku katakan padanya,

  kak, kasihan anak teman ibu tadi dia sangat ingin bermain dengan bonekamu. Tapi nggak booleh sama kakak, coba kalau kakak sama ibu yang sedang main ke rumah orang terus kakak nggak bawa boneka kesayangan kakak, padahal di rumah teman ibu itu anaknya punya banyak boneka yang bagus-bagus dan kakak kepengen pinjam dan main dengan bonekanya tapi anak itu nggak mau pinjami bonekanya. Pastinya kakak kecewa banget kan?”


  1. Melatih anak terbiasa memberikan miliknya.


Hal ini merupakan latihan bagi anak untuk rela mengorbankan sesuatu yang menjadi miliknya. Misalnya saja, saat anak membuka tabungan miliknya, mendapat uang saku dari kakek neneknya atau saudara yang lain jangan lupa untuk mengiingatkan dia untuk mensyukuri rezekinya dengan menyisihkan sedikit miliknya untuk diberikan kepada temanya yang sedang kesusahan atau untuk dimasukan dalam kotak infak. Jadi mereka merasa telah melakukan kebaikan dengan uang mereka sendiri.

Latihan ini juga tak harus selalu dengan uang, tapi juga bisa dengan bentuk lain seperti makanan atau mainan yang dimilikinya. Biasakan anak-anak kita untuk siap berbagi makanan yang dimilikinya dengan teman yang lain.


  1. Menunujukkan akibat dari kebaikan yang dilakukan.

Nah, ketika latihan-latihan penggugah empaty ini telah dilakukan tunjukkan kepada mereka hasilnya. Yaitu akibat dari perbuatan baik yang mereka lakukan adalah salah satu cara membahagiakan oranglain. dengan kita banyak memberi kepada oranglain, maka pemberian kita mengakibatkan oranglain merasa bahagia. Bisa dengan sebuah ucapan,” wah, senangnya temanmu ya nak waktu kamu kasih kue nya tadi. Sepertinya dia belum pernah merasakan kue seperti kue milikmu.”

Berikan kesempatan kepada anak untuk meraskan bangga karena telah melakukan kebaikan yang ternyata dapat membuat oranglain bahagia. Dengan cara ini maka akkan tumbuh motivasi dalam diri anak untuk membiasakan diri berbagi dan membahagiakan oranglain dengan cara dan dalam bentuk apapun.



Marilah kita sebagai orangtua mulai menuntun dan mengajarkan kepada anak-anak kita untuk dapat berempati kepada oranglain, supaya ia tidak tumbuh menjadi anak yang kikir dan egois di masa dewasanya. Tuntun mereka untuk membantu sesama dan tunjukkan kepada mereka betapa hal itu dapat membahagiakan dan membantu meringankan kesusahan oranglain.


0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget