Mind Map Sebagai Strategi Visual
Beberapa waktu lalu, Saya belajar memetakan kebutuhan ilmu dan keterampilan dalam menjalankan aktivitas produktif dan tentunya menjadikan diri semakin berbinar. Mengetahui dengan mantab di ranah mana akan mengaktualisasikan diri dan berkontribusi. Lalu berpijak pada semua hal yang telah tertuang pada telur merah dan oranye, saya menentukan hal yang paling prioritas. Kemudian mengonsep kurikulum belajar ala saya sendiri. Belajar untuk memiliki keterampilan sebagai penunjang kebahagiaan dalam kehidupan sehari-sehari. Awalnya saya berpikir, pentingkah hal-hal ini saya lakukan? Rupanya hal itu tidak saja penting tapi mendesak sekali dan harus segera dilakukan. Mengapa? Tentu saja karena saya tengah hidup di era digital yang segala bentuk informasi bisa dengan mudah membludak tanpa terbendung lagi. Sehingga luapan informasi itu bukannya akan menjadikan saya semakin paham dan terampil dalam menguasai suatu ilmu. Tapi gelombang informasi yang debitnya tak dapat diukur itu justru akan menenggelamkan diri saya. Seolah banyak yang didapat, tapi nyatanya tak satupun dikuasai.
Semakin memahami pola dan arahnya, saya menentukan tujuan utama. Mau dibawa kemana semua proses ini? Dan Untuk apa? Saya meramu tujuan belajar yang saya korelasikan dengan tujuan hidup tentunya, Namun lebih spesifik pada "saya mau nya apa"😅.
Maka, pada sesi keempat di kuliah bunda cekatan IIP, saya mendapat arahan untuk membuat mind map atau peta konsep. Sebuah metode yang dulu sering sekali saya lakukan saat masih kuliah di perguruan tinggi dan telah lama saya tinggalkan. Lebih tepatnya saat saya telah berumah tangga😃. Artinya apa? Artinya tak ada kata expired untuk sebuah ilmu. Yang ada manusianya yang sudah enggan mengupgrade diri. Saat menyimak Pak Dodik menyampaikan materi, saya seolah sedang mengkonstruksi beberapa pengetahuan tentang mind map.
Bagi saya, peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Dalam mind map, konsep yang digunakan adalah format global yang mana informasi ditunjukkan secara serempak dari berbagai arah. Mirip sekali dengan fungsi saraf otak kita. Telah kita ketahui bahwa proses berpikir merupakan kombinasi yang sangat kompleks dari kata, gambar, warna, sketsa, bahkan suara. Sehingga proses membuat dan menyajikan peta konsep dalam belajar itu mendekati cara alamiah otak dalam berpikir. Hal ini tidak hanya berlaku dalam menangkap informasi atau pelajaran saja, akan tetapi juga berlaku saat kita hendak merancang sesuatu.
Ketika kita menuangkan berbagai informasi dengan menggunakan peta-peta konsep, kapasitas penyimpanan dalam otak kita juga akan meningkat. Karena formatnya menarik secara visual dan tersaji secara global. Jika saya membuat peta konsep, maka jiwa emosional saya turut terlibat. Terlebih lagi jika saya menyertakan warna dalam membuatnya, peta konsep itu menjadi sebuah ramuan informasi yang lebih spesifik dan bersifat personal bagi saya, "aku banget" jadinya.
Metode peta konsep ini sangat menguntungkan. Hanya dengan satu halaman, kita dapat menuangkan dan mencatat banyak informasi. Kita juga dapat melihat keterkaitan dan hubungan berbagai ide atau konsep satu dengan yang lain. Penggambaran secara visual dapat membantu kita dalam berpikir suatu subjek secara global dan kita dapat lebih fleksibel menyesuaikan alur pemikiran kita.
Dan inilah hasil mind map yang saya buat dalam jurnal ke empat.
#Jurnal4
#KelasTelur
#BuncekBatch1
#InstituteIbuProfesional
0 komentar:
Posting Komentar