Kecemburuan Sang Kakak
Ekspresi kecemburuan sang kakak kepada adik adalah yang paling banyak dikeluhkan oleh beberapa orang, termasuk saya. Setelah saya dan bayi yang baru lahir harus kembali ke rumah, muncul masalah pertama yang terjadi antara saya, si sulung dan adik bayi. Malam itu, si sulung menginginkan saya menemaninya tidur dan membacakan cerita-cerita kesukaannya seperti yang pernah kami lakukan dulu. Namun, kondisi fisik saya yang masih belum pulih dan adik bayi yang masih suka berjaga saat malam hari, membuat saya kesulitan memenuhi keinginannya.
"Bu...ayo sini temani aku tidur sambil baca cerita," Rengeknya membuat saya iba.
"Iya sayang...sebentar ya. Adik bayinya masih nenen. Nanti kalau adik bayi sudah bobo, Ibu temani Kakak ya," Ujarku berharap si sulung mau mengerti.
"Ah...Ibu..adik terus yang dikelonin...akunya kapan dikelonin Ibu? Adiknya lho nggak tidur-tidur dari tadi!" Nada suaranya meninggi pertanda ia mulai kesal dan marah.
"Sabar ya Kak, Ibu juga ingin sekali ngelonin kakak dan bacain cerita tapi Ibu harus nenenin adik dulu. Kakak mau ya...bobonya sama ayah dulu Kak," Pintaku padanya.
"Nggak mau! Aku maunya sama Ibu! Biar adik saja yang ayah!" Teriaknya yang semakin marah.
Kondisi seperti ini terjadi terus-menerus hingga beberapa malam. Tentu saja saya semakin stress memikirkan hal itu. Saat sakit belum sembuh, si bayi yang masih membutuhkan perhatian total, dan sang kakak yang belum bisa berbagi ibu. Namun, meskipun begitu sebenarnya si sulung sangat menyayangi adiknya. Hal ini tampak pada saat adik bayi menangis dan terjaga dari tidurnya, sang kakak mencoba menenangkan adiknya dengan menepuk-menepuk badan adik bayi dan mengatakan pada adiknya,"Sayang anak cantik...cup..cup...cup..sabar ya...Ibunya masih mandi sebentar." Hal ini membuat saya sangat terharu, ternyata kakak tidaklah membenci adiknya. Ia hanya belum siap berbagi saja.
Pengalaman lain yang membuat saya sangat terkejut dan hampir copot jantung saya. Yaitu saat sang kakak menutup seluruh tubuh adik bayi termasuk wajah dengan selimut. Reaksi saya pada saat itu spontan berteriak dan segera menyingkirkan selimut yang menutupi seluruh bagian tubuh si bayi. Sang kakak kaget dan wajahnya ketakutan. Namun, seketika itu saya tersadar dan segera memeluknya. Namun, saya terus berpikir apa sebenarnya yang ada dalam benak sang kakak. Mana mungkin anak sekecil itu dengan sengaja hendak menghalangi udara yang masuk ke dalam hidung adik bayi. Karena dalam pikiran orang dewasa menutup seluruh wajah adik bayi berarti akan menghalanginya untuk bernafas. Lalu saya bertanya kepada sang kakak untuk mengetahui alasannya.
"Kak, maaf ya...tadi Ibu cuma kaget lihat adik bayinya ketutup semua badannya. Memang kenapa kok adiknya ditutupin gitu?"
"Aku tu cuma mau main cilukba sama adik Bu…" Jawabnya singkat sambil menunduk.
"Oya? Mau main sama adik to? Karena adik masih bobo, Kakak mainnya sama Ibu saja ya," Kataku mencoba menghiburnya.
Kemudian sang kakak memperagakan bagaimana bermain cilukba dengan wajah yang ditutup selimut. Seolah ia ingin memperagakan bagaimana sebenarnya tadi ia benar-benar hanya ingin mengajak adiknya bermain cilukba.
Sebagai orangtua kita tetap harus menyadari bahwa anak sulung harus terus didampingi dalam kesehariannya berperan sebagai kakak. Berikan penjelasan atas segala sesuatu yang sesuai dengan tingkat pemahamannya dan jangan melontarkan kalimat-kalimat yang tak dapat ia pahami maksudnya. Misalnya saja,"Kakak jangan nakalin adik ya." Atau,"Kakak harus mengalah sama adik, kan kakak lebih besar dari adik."
Cobalah untuk membuat si sulung mau mengekspresikan dahulu setiap emosi yang ia rasakan. Kita bisa mendorongnya untuk berbicara tentang perasaannya. Dengan begitu, kita pun bisa memahami apa yang dirasakan oleh sang kakak.
Cara ini pun mencegah si kakak melakukan tindakan fisik seperti memukul, mencubit, atau mendorong adik bayi semata-mata hanya untuk memberikan sinyal. Jika kakak sampai memukul adiknya, jelaskan bahwa hal ini tidak bisa ditoleransi.
Katakan padanya dengan tenang dan lembut bahwa memukul tidak diperbolehkan. Kita pun bisa menyarankan si sulung untuk menunjukkan perasaannya dengan menunjukkan wajah cemberut atau ekspresi marah, atau kita bersama kakak bisa saling membagi dan memberitahukan perasaan masing-masing.
Bagaimanapun kehadiran seorang adik baru adalah sesuatu yang luar biasa bagi si sulung. Karena dulu, ia menjadi yang satu-satunya. Kemudian ia harus dihadapkan pada suatu kondisi dimana ia harus berbagi dan harus toleransi manakala ayah bundanya mencurahkan segala perhatiannya pada adik barunya. Jadi sebuah emosi dan perilaku yang wajar dari si sulung apabila ia menjadi memiliki sedikit ulah untuk mencari perhatian ayah bundanya. Karena perasaan khawatir bahwa ia akan tersisihkan sangat tidak dapat terdefinisikan. Maka, terkadang si sulung akan melakukan hal-hal yang tak terduga. Misalnya saja, ia tiba-tiba berteriak dengan suara keras di dekat adiknya atau bahkan ia merengek meminta sesuatu pada saat ibu masih menyusui adiknya.
Jika kita dihadapkan pada kondisi seperti itu, hindari perilaku memarahi si sulung. Karena sikap marah sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan merubah sikap si sulung kepada adiknya. Yang terjadi justru sebaliknya, si sulung akan berusaha mencari cara memperoleh perhatian ayah bundanya dengan sikap-sikapnya yang sangat tidak menyenangkan. Lebih baik kita yang meningkatkan kewaspadaan kita dalam mendampingi si sulung menjadi kakak baru. Sebaiknya jangan biarkan si sulung hanya berdua saja dengan adik bayi. Dan terus menerus memberinya pengertian, bahwa ayah bundanya tidak akan hilang rasa sayangnya kepada si sulung meskipun telah punya adik. Hal ini sekaligus dapat menghiburnya sebagai jawaban atas kekhawatirannya yang tidak terdefinisikan itu. Tetap luangkan waktu sepenuhnya bersama si sulung jika adik bayi sedang tidur.
Sebagai orang tua, kita seringkali diuji ketahanan mental supaya tidak mudah tersulut emosinya. Manakala si sulung benar-benar tidak mau mengerti dan tetap meminta diperhatikan. Apabila pada tahap ini, kita menghadapinya dengan amarah dan membentak, maka yang terjadi adalah si sulung akan semakin iri pada adik bayinya dan semakin bersikap manja. Yang sebaiknya kita lakukan adalah bersikap tegas dalam menerapkan aturan. Namun aturan yang tidak memaksa dan nyaman bagi si sulung. Dan tentunya bersikap sabar adalah yang terbaik, yakin bahwa semuanya akan berlalu dan dapat disikapi dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar