Jumat, 16 Agustus 2019

Penyimpangan Seksual, Pencegahan Dan Solusinya


Manusia tidak selamanya atau semuanya berperilaku normal. Beberapa di antaranya ada yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang. Salah satu contohnya adalah perilaku seksual
menyimpang.

Penyimpangan seksual (sexual deviation) atau abnormalitas seksual (sexual abnormality) atau kejahatan seksual (sexual harrasment) adalah bentuk
dorongan dan kepuasan seksual yang diperoleh atau ditunjukkan kepada objek seksual secara tidak lazim (Abdullah, http://www.diffy.com/cmm/artikel/definisi.penyimpangan1.html)
Disebut tidak lazim karena perilaku menyimpang seksual diikuti oleh fantasi seksual yang diorientasikan pada pencapaian orgasme melalui hubungan di luar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama
atau dari partner seks di bawah umur atau hubungan seksual yang secara normatif bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual yang diakui masyarakat secara umum. Hal inilah yang mendasari asumsi, penyimpangan seksual sebagai bentuk penyalahgunaan fitrah kemanusiaan dan bertentangan dengan akal sehat.

Macam-macam penyimpangan seksual di antaranya sebagai berikut:

1 . Fetishisme, Perilaku seks menyimpang di mana kepuasan seksnya
diperoleh dengan cara onani atau masturbasi.
2. Homo Seksual , Kelainan di mana seseorang menyukai berhubungan seksual dengan sesama jenis. Pada laki-laki disebut gay dan pada
perempuan disebut lesbian.
3. Sadomasokisme Penyimpangan seksual di mana seseorang merasakan
memperoleh kenikmatan seksual setelah menyakiti pasangan.
4. Pedofilia, Orang dewasa yang menyukai berhubungan seksual dengan
anak yang berusia di bawah umur.
5. Bestially, Kelainan seksual di mana seseorang menyukai berhubungan
seksual dengan binatang.
6. Incest Seseorang yang berhubungan seks dengan sesama anggota
keluarga (sedarah).


Hakikatnya, laki-laki dan perempuan terlahir dengan membawa sejumlah perbedaan mendasar.
Perbedaan tersebut tidak seharusnya menjadi argumentasi untuk merendahkan satu dengan yang lain, melainkan untuk mengenali fungsi dan selanjutnya saling melengkapi satu dengan yang lain. Hal ini
Telah Allah sampaikam dalam QS al-Hujurat ayat 13.

"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"

Menyadari perbedaan yang fitrah ini, Islam memberikan aturan atau norma-norma, agar masing-masing fitrah terpelihara dan saling melengkapi. Islam menghendaki agar laki-laki berkepribadian maskulin dan perempuan berkepribadian feminim. Dengan demikian, tidak seharusnya laki-laki menyerupai perempuan dan sebaliknya perempuan menyerupai laki-laki dalam penampilan maupun perilaku.

Pola asuh orang tua dan stimulasi yang diberikan oleh lingkungan pada seseorang memiliki peran yang besar dan signifikan terutama dalam memperkuat identitas dan tumbuh kembang psikologis seorang anak. Dalam hal ini, pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak jelas menjadi masa yang sangat urgen dan signifikan dalam pertumbuhan psikologis dan kecenderungan berinteraksi serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Pada masa ini hendaklah para orangtua memberikan bimbingan dan pengarahan, termasuk di dalamnya problematika dan wawasan seksualitas.

Sebagai orang tua, kita tentu tidak ingin si kecil mengalami penyimpangan seksual. Guna mencegahnya maka perhatikanlah beberapa cara berikut:

1. Pengertian Orang Tua

Orang tua perlu memperhatikan dan peduli dengan kesehatan umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka.

Pencegahan perilaku masturbasi yang tak normal, dapat dilakukan secara optimal oleh orang tua melalui Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua. Selain itu,orang tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak.

2. Edukasi Seks

Membekali Si Kecil dengan pendidikan seksualitas sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan seks menyimpang di kemudian hari. Edukasi seks bertujuan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak dini. Langkah awal edukasi seks dimulai dengan pelajaran di sekolah, dilanjutkan dengan diskusi bebas bersama pakarnya atau orang tua.

3. Lindungi Si Kecil

Faktor seseorang dapat menjadi seorang parafilia adalah trauma masa kecil, untuk itu penting sekali bagi orangtua untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya pelecehan seksual maupun informasi tak sesuai umur yang dapat diserap Si Kecil dan menjadikan mereka seorang parafilia.

Jika mulai menyadari ada sesuatu yang janggal pada diri anak, perlahan komunikasikan dengannya untuk memastikan keadaannya. Bila dirasa kita membutuhkan dukungan, jangan ragu untuk menemui bantuan profesional.

Apa yang harus dilakukan ketika anak-anak diindikasi mengalami penyimpangan orientasi/perilaku seksual?

Ketika penyimpangan gender ditemukan indikasinya sejak usia dini, orangtua perlu mencari tahu dengan detail faktor yang melatarbelakanginya. Apakah faktor biologis, kesalahan informasi dan persepsi anak, pergaulan, ataukah faktor lainnya. Hal ini penting untuk dapat mengetahui jenis terapi apa yang akurat dan tepat untuk mengobatinya.

Awal penanganan, orangtua perlu melakukan diskusi dengan psikolog tanpa melibatkan anak. Karena pada diskusi-diskusi awal psikolog akan banyak menanyakan hal-hal berupa hasil observasi mengenai anak. Setelah data dirasa cukup, anak bisa dipersiapkan untuk diajak bersama ke psikolog. Pada tahap ini anak harus paham kenapa dirinya diajak ke psikolog. Sentuhan dan uraian garis besar kasih sayang keluarga kepadanya menjadi pengantar untuk menjelaskan mengenai bantuan yang akan diberikan psikolog kepadanya. Kenyamanan anak menjadi hal yang utama dalam treatment, sehingga perlu disampaikan juga pada anak bila ia merasa tidak nyaman untuk bertemu dengan psikolog. Ia memiliki hak untuk meminta  memindahkan lokasi konseling ke tempat yang membuatnya lebih nyaman.

Jika ditemukan faktor biologis, misalnya karena ada kelainan secara hormonal, maka bisa ditempuh jalan terapi hormon yang diikuti dengan terapi perilaku. Jika penyebabnya karena kesalahan informasi atau persepsi dan pergaulan, maka bisa dilakukan terapi kognitif. Pada kasus-kasus demikian, nilai-nilai moral sosial dan agama adalah hal yang tidak bisa dilepaskan di samping tetap diperlukannya penanganan tenaga psikiater, psikolog atau medis lainnya. Hal yang perlu diketahui bahwa pada penanganan kasus demikian, psikolog bisa saja memberikan intervensi tidak hanya pada anak yang dimaksud, namun juga pada anggota keluarga, atau bahkan lingkungan sekolah anak tersebut. Bentuk intervensi bisa saja berbeda tergantung jenis kasus dan penyebabnya. Hasil yang dicapai pun bisa jadi berbeda antar kasus. Batas paling rendah adalah membantu anak untuk ‘mengabaikan’ kecenderungan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, yang populer dengan istilah LGBT.

Intervensi untuk mengubah orientasi seksual yang menyimpang tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun keyakinan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang harus ‘disembuhkan’ menjadi poin yang penting mengingat ada banyak distorsi pemikiran yang menganggap bahwa homoseksual adalah varian normal dan tidak perlu ‘diobati’.

Keputusan orang tua dalam parenting akan mempengaruhi kondisi anak dan membentuk anak, termasuk sisi seksualitasnya. Maka, content pengasuhan di sini menjadi hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak, bukan hanya tentang figur. Parenting dan rumah adalah pondasi awal, pintu pertama dan guide dasar bagi seorang anak. Maka, dalam tema penyimpangan seksual, sesungguhnya hal tersebut bisa ‘dicegah’ oleh kita sendiri, yaitu keluarga.

Ketika menemukan kasus Penyimpangan Perilaku Seksual dalam keluarga atau lingkungan, maka berpikiran jernih untuk mencari jalan keluar terbaik dengan tetap menjadikan nilai-nilai moral dan agama sebagai salah satu pertimbangan adalah hal yang perlu diutamakan. Manusia tidak bisa sekedar dipandang dalam konteks kepentingan manusia semata sehingga membuat kita mengembangkan sikap humanisme berlebihan. Dengan demikian, kembali lagi perlu bagi semua pihak untuk menguatkan mata rantai keluarga – lingkungan – peer group – media – sekolah – negara, untuk bersama-sama menanggulangi keberadaan penyimpangan perilaku seksual ini di masyarakat.

Referensi:
  1. Abdullah, “Definisi Penyimpangan Seksual”, dalam http://www. diffy. Com / cmm / artikel /definisi. penyimpangan1.html)
  2. Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
  3. Masmuri dan Syamsul Kurniawan.2016.PENYIMPANGAN SEKSUAL: SEBUAH INTERPRETASI TEOLOGI, PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN ISLAM.


#BunsayLevel11
#FitrahSeksualitas
#KuliahBundaSayangIIP



0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget