Rabu, 08 Mei 2019

CERDAS FINANSIAL 14
“ Secukupnya”


“Kak, ambil makanannya  secukupnya saja. Kalau kakak ambil semua belum tentu habis.” ujarku mengingatkan kakak Aqila yang sedang asyik membawa semua menu buka puasa.
Namun ia hanya berhenti dan berdiri menatapku.

“ ibu nih...secukupnya itu apa?” tanyanya heran.

“ secukupnya itu, kalau mau makan jangan melebihi kemampuan perut kita kak. Coba kakak lihat yang kakak siapin semuanya itu, sepertinya banyak banget. Ibu saja belum tentu habis lho.”

“ oh...maksudnya aku bawanya kebanyakan to bu?”

“heheh..iya..seperti itu maksudnya.” jawabku sedikit salah tingkah karena bahasa yang kugunakan mungkin sedikit ribet.

“ kata mamak juga gitu kok bu, kalau kita bawa-bawa barang harus cukup di tangan kita. Kalau gak cukup  nanti bisa jatuh katanya.”

“ iya kak sama. Bener tu kata mamak kalau barang yang dibawa melebihi kemampuan tangan kita, pasti barangnya akan jatuh. Makan juga gitu lho kak, kalau kebanyakan juga  pasti perutnya jadi sakit.” imbuhku.

“tapi aku mau makan semuanya lho bu..gimana ya?” ujarnya sambil mengernyitkan dahi.

“ kalau gitu makannya gantian. Sedikit-sedikit dan lanjut nanti lagi.” jelasku singkat.

Kumpuin semua buat buka puasa

Meskipun kakak Aqila tidak puasa, dia cukup bersemangat saat mendekati waktu berbuka. Ia menyiapkan semua makanan di hadapannya untuk dimakannya bersama dengan ayah dan ibu yang sedang berbuka. Dari es campur, empek-empek, semua jajan yang diberikan oleh mamak, dll. Semuanya dikumpulkannya jadi satu seolah ia ingin melahap semuanya sekaligus.

Nah, tahukah bunda bahwa konsep “secukupnya” juga merupakan konsep dasar dalam melatih anak untuk cerdas finansial. Selain itu juga kita dapat mengajarkan kepada anak  untuk tidak tamak. Siap berbagi dan mendahulukan orang lain. Begitupun dengan pengelolaan keuangan yang sudah semestinya ia harus siap berbagi, ingat bagian untuk orang yang lebih membutuhkan dan belanja secukupnya sesuai kebutuhan.


Kita juga sering melihat perilaku beberapa orang saat di depan meja prasmanan, banyak orang yang mengambil makanan melebihi jatah yang disediakan. Fenomena itu menjadi hal yang biasa di masyarakat kita. Kita akan melihat fenomena yang sama saat ada acara hajatan dan sejenisnya. Orang akan mengambil sebanyak-banyak nya tanpa memikirkan apakah makanan itu akan habis atau tidak.

Kata “ secukupnya” terlihat sangat sepele, tapi memiliki arti dan dampak yang sangat besar dalam kehidupan. Contohnya, realita yang terjadi saat terjadi banyak bencana longsor atau banjir. Berawal dari hal sepele yang tidak diperhatikan yaitu ‘ mengambil sesuatu hanya secukupnya’  tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Intinya adalah sesuai dengan kebutuhan. Bukankah tragedi tanah longsor biasanya diakibatkan oleh banyak nya pohon yang ditebangi secara besar-besaran? Ada Lagi fenomena yang marak terjadi di negeri kita. Pejabat-pejabat negara yang sudah kaya raya ingin menjadi lebih kaya lagi sehingga merwka melakukan korupsi. Inilah perilaku-perilaku yang melanggar sikap “secukupnya” yang dapat berakibat fatal.

Namun sikap “secukupnya” ini tidak kemudian ada dan datang dengan sendirinya melainkan perlu penanaman sejak dini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

#IbuProfesional
#BundaSayang
#Level8
#Tantangan10Hari


0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget