CERDAS FINANSIAL 2
“Rezeki Itu Pasti, Kemuliaan Yang di Cari”
Kakak Aqila belajar berbagi dengan sedekah nasi |
Di era digital dan perkembangan globalisasi yang sangat pesat, karakter menjadi persoalan sangat fundamental. Banyak sisi kehidupan yang sudah kering akan nilai-nilai karakter. Kehidupan glamour dan hedon sudah menjadi trend dan gaya hidup. Anak-anak sekarang sudah tidak mau lagi menggunakan barang-barang lama meskipun masih dalam kondisi baik dan layak pakai. Maunya serba bagus dan baru. Untuk hal seperti ini anak-anak mulai kehilangan nilai. Sedikit rasa syukur dan bergaya royal. Bahkan yang menyesakkan dada adalah saat anak-anak tega mengancam orang tuanya manakala tidak menuruti keinginan anak untuk membeli barang-barang yang diinginkannya. Anda pasti pernah mendengar ada anak yang mengancam bunuh diri jika tidak dibelikan motor baru, ada lagi yang orang tua berusaha mati-matian untuk membelikan anaknya smartphone dengan mengumpulkan setiap uang yang dimilikinya. Hingga ia membayar smartphone impian anaknya itu dengan uang dua ribuan yang banyak sekali.
Tentu saja hal ini terjadi karena banyak faktor. Kita melihat betapa anak-anak ini begitu tega kepada orangtuanya. Mengedepankan nafsunya dan tidak mau tau bagaimana uang bisa didapat. Seperti inilah potret kehidupan anak-anak milenial saat ini, Sedikit jasa banyak permintaan. Mereka seolah telah kehilangan nilai karakter dalam dirinya. Betapa pentingnya sebuah rasa “cukup” untuk menahan diri dari liarnya nafsu duniawi. Menghargai uang karena sulit mendapatkannya, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki dan merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan.
Nasi untuk pakde tukang becak |
Tentu saja perilaku seperti contoh di atas, sangat tidak kita harapkan terjadi pada anak-anak kita. Maka, Salah satu implementasi pembentukan karakter adalah melalui pengenalan tentang kecerdasan finansial kepada anak sedini mungkin. Golden age anak-anak, kita isi dengan pemahaman dan karakter yang kuat sebagai bekal mereka di masa yang akan datang. Pendidikan anak usia dini tidak hanya terkait dengan upaya membekali mereka dengan tumbuh kembang yang memadai, tetapi juga penguatan karakter sejak dini.
kita harus membekali anak-anak kita dengan kemampuan mengelola keuangan. Kecerdasan finansial merupakan upaya memampukan anak dan mengajari anak untuk bisa memahami aktivitas mengelola keuangan sehari-hari dalam konsep yang sederhana. Pendidikan finansial bukan hanya sekedar tentang mengenalkan uang. Kalau hanya kenal uang, secara bertahap anak-anak kita akan cepat mengerti tentang nilai uang. Anak akan melihat dari orang disekitarnya bahwa uang adalah harta dan alat tukar yang bernilai. Namun Lebih dari itu, pendidikan finansial berarti juga mendidik anak bagaimana menggunakannya dengan baik dan bijak. Ini termasuk pembentukan karakter. Kemampuan mengelola keuangan juga harus diimbangi dengan adanya perubahan perilaku finansial. Percuma saja, jika anak hanya mengerti tapi tidak ada perubahan perilaku. Artinya, pendidikan finansial tidak serta merta dapat mengubah perilaku finansial seseorang. Maka dari itu, pendidikan finansial harus dilakukan terintegrasi dengan pendidikan sosial.
Kakak Aqila membuka celengan infaqnya |
Dari sejak usia dini, sebaiknya anak-anak kita ajarkan untuk melakukan pengelolaan uang sebagai pendidikan karakter. Sehingga ke depan akan menghasilkan generasi yang benar-benar mampu mengelola finansial dan berjiwa sosial. Pahamkan kepada anak bahwa, uang adalah sedikit dari banyaknya nikmat dan rezeki Allah. Rezeki didapat bukan semata-mata dari profesi dan pekerjaan seseorang. Melainkan karena kasih sayangnya Allah kepada hambanya. Maka dari itu ajarkan kepada anak-anak kita untuk meminta segala sesuatu hanya kepada Allah.
Atas usahanya, kakak Aqila mendapat hadiah es krim dari ibu |
Setiap hari kakak Aqila memiliki mini budget yang harus dikelolanya. Ia memiliki tanggung jawab untuk memasukkan uang senilai Rp.1000 di celengan infaknya. Celengan infaq ini, tidak sekuat dan serapi celengan menabung, karena hanya dari sebuah toples kue supaya mudah untuk mengambilnya. Karena setiap hari Jumat celengan infaq ini akan diambil isinya untuk sedekah nasi di hari Jumat bersama saya. Setiap Jumat celengan infaq ini akan menghasilkan uang Rp.7000 sampai Rp.10.000. Dengan nominal uang ini sudah bisa untuk membeli sebungkus nasi sayur lengkap dengan lauknya. Maka, hari ini saya mengajak kakak Aqila untuk sedekah nasi di hari Jumat. Dengan cara seperti ini, ia dapat langsung memanfaatkan tabungan infaqnya untuk diberikan kepada orang lain. Kegiatan ini dilakukan setelah kakak Aqila pulang sekolah, ia sudah tahu bahwa akan membuka celengan infaqnya maka ia pun tampak antusias untuk membuka dan menghitung uang yang terkumpul di dalamnya. Meskipun ia belum mengerti cara menghitung uang, ia tetap harus melihat dan tahu proses menghitung uang ini. Setelah kami hitung, kami pun langsung meluncur ke rumah makan untuk membeli sejumlah nasi bungkus. Celengan infaq kakak Aqila mendapat satu bungkus nasi dan yang lain adalah tanggungjawab ibu. Kemudian kuajak kakak Aqila menuju ke keramaian pasar. Kutunjukkan beberpa orang yang tampak kurang mampu. Lalu kuarahkan ia untuk memberikan nasi bungkus itu satu persatu. Dari abang tukang becak, pemungut sampah hingga gelandangan.
Alhamdulillah kakak Aqila tidak keberatan melakukan ini. Justru ia malah mengucap syukur dengan kalimat hamdalah karena bisa ikut berbagi dari hasil perjuangannya mengumpulkan uang setiap hari. Setelah semua nasi habis dibagi, ku berikan ia reward atas usahanya yang luar biasa itu. Bukan dengan sesuatu yang mahal, hanya sederhana saja yaitu sepotong es krim. Kami membeli es krim di minimarket dekat pasar dan menikmatinya berdua saja. Ah..sungguh hal ini pasti akan menjadi kenangan yang indah untukku bersama kakak Aqila. Dan semoga ia juga akan mengingatnya dalam hati dan pikirannya yang akan menjadi kebiasaan baik yang akan terus dilakukannya hingga ia dewasa. Saat kami duduk berdua menikmati es krim, Tak lupa saya sampaikan kepadanya bahwa pada setiap harta yang kita punya ada hak untuk orang lain. Maka, jangan jadi orang yang pelit. Kita harus banyak berbagi, karena Allah sudah sangat baik kepada kita. Dengan sebungkus nasi ini, kakak Aqila telah mengimplementasikan rasa syukur kepada Allah melalui perbuatan baik. Semoga apa yang dilakukannya ini, benar-benar akan membekas di hatinya sehingga ia akan senantiasa mengingatnya dan menjadi semangat untuk berbagi.
Nasi untuk makan siang ya pekde sol sepatu |
Meskipun pakde tak punya rumah, percayalah Allah itu Maha Kaya |
#IbuProfesional
#BundaSayang
#Level8
#Tantangan10Hari
0 komentar:
Posting Komentar