BAHAGIA BELAJAR, MERDEKA BELAJAR
“Ruang kelas terbaik di negara manapun, bukanlah di sekolah atau universitas, tapi berada di sekitar meja makan di rumah” Dr. Richard Berenden
Kalimat itu menjadi motivasi bagi saya untuk menjalani peran sebagai ibu. Tentu saja untuk menjalankan peran ini pasti berangkat dari rumah. Pendidikan di rumah adalah yang terpenting. Maka, saya harus bersungguh-sungguh menjalani peran ini. Tapi bersungguh-sungguh saja tidak cukup. Saya harus melibatkan emosi diri saya. Maka saya harus bahagia. Keberhasilan Pendidikan anak dimulai dari keberhasilan orangtua membangun kebahagiaan rumah tangganya. Hanya orangtua yang Bahagia yang dapat membahagiakan anak-anaknya. Membangun suasana yang menyenangkan bagi anak-anak untuk belajar dan bertumbuh kembang sesuai dengan harapan. Bahagia itu pun perlu diperjuangkan. Mampu mempertahankan detik demi detik umur pernikahan adalah sebuah prestasi. Maka, setiap waktu, peristiwa dan tantangan akan membawa anggota keluarga pada proses belajar. Belajar dan terus belajar untuk meningkatkan kapasitas diri. Tentu saja saya sebagai ratu di rumah, harus memiliki spirit ini. Begitu banyak peran, tugas dan tanggungjawab yang tak cukup hanya dikerjakan dan tak sekedar asal selesai saja. Namun lebih dari itu, semua butuh ilmu dan kecakapan. Dan untuk mendapatkannya tentu saja harus belajar. Namun, yang jauh lebih penting dari belajar itu sendiri adalah mengetahui bagaimana caranya belajar. Jadi belajar bagaimana belajar dan menentukan kurikulum belajar yang “gue” banget. Supaa semua peran itu dapat dijalani dengan bahagia dan semua tugas dapat terselesaikan dengan bahagia.
Saya mengawalinya dengan sebuah perencanaan atau desain pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses untuk menentukan metode pembelajaran yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada diri pembelajar ke arah yang dikehendaki. Proses penyusunan desain ini saya berkonsultasi dengan suami yang beliau seorang sarjana pendidikan. Sehingga memudahkan saya dalam menentukan kata kunci untuk menyusunnya. Kami berkolaborasi untuk menetukan topik-topik materinya tentang apa saja yang akan saya lakukan kedepan, konsepnya seperti apa dan hasil yang bagiamana yang akan menjadi targetnya. Saya merasa seperti seorang guru sekarang. Merancang dan medesain pembelajaran. Hanya saja desain ini saya sendiri yang akan menggunakannya. Meskipun saya sangat menyadari bahwa, setiap proses pasti ada kendala yang dihadapi dan khawatirnya apabila kendala ini justru berasal dari diri saya sendiri yang terkadang ragu, apakah saya benar-benar bisa melakukan semua ini. Yah…pokoknya saya nekat saja dan berkomitmen untuk dapat konsisten dan mematuhi aturan yang dibuat sendiri. Desain ini merupakan langkah awal dari tercapainya beberapa harapan dan impian, maka saya yang tadinya akan mengurangi beberapa point dari materi pembelajaran namun saya urung melakukannya. karena inilah awal komitmen dan konsistensi yang harus saya jalani dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.
Berawal dari konsep belajar yang saya lakukan, tentang bagaimana mempelajari sesuatu. Kemudian menilik gaya belajar saya yang cenderung suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar dan menyukai percobaan/eksperimen, suka berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain serta cenderung banyak omong. Maka, saya berinisiatif untuk menggunakan pendekatan keilmuan dan alamiah. Harapannya pembelajaran yang saya lakukan dapat komprehensif dan sesuai dengan gol yang akan dicapai.
Dalam proses belajar saya sangat suka memulainya dengan membaca dari berbagai sumber agar memiliki pengetahuan awal. Mencari informasi dengan melihat,mendengar,membaca atau menyimak. Lalu melakukan proses untuk membangun pengetahuan saya secara faktual,konseptual dan prosedural hingga berpikir metakognitif yang biasanya saya lakukan melalui kegiatan diskusi baik dengan suami,orangtua atau teman. Setelah mendapatkan informasi, saya berupaya untuk mengumpulkan dan mengeksplornya melalui kegiatan mengamati aktivitas,kejadian atau objek tertentu. Mengolah informasi dan menyajikannya dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam proses belajar juga memerlukan tahapan mengasosiasi. Yaitu, berupa kegiatan menalar sebagai bentuk mengolah informasi yang merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Selanjutnya adalah tahapan mengkomunikasikan. Hal ini adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan maupun tulisan . Saya mengadopsi cara bunda Septi Peni Wulandani yaitu presentasi sepekan sekali kepada suami tentang proses,kejadian menarik dan hasil terbaik yang diperoleh. Berikut ini saya mencoba membuat desain pembelajaran untuk saya sendiri. Semua hal yang ingin saya pelajari saya tuangkan dalam tabel berikut ini,
DESAIN PEMBELAJARAN SEBAGAI SEORANG PENGGERAK/INISIATOR DI BIDANG PENDIDIKAN IBU DAN ANAKSetelah mengetahui bagaimana caranya belajar, selanjutnya adalah menentukan skala prioritas yang akan dikerjakan setiap hari. Dengan Teknik Eisenhower Decision Matrix akan sangat membantu dalam melakukan manajemen waktu dengan lebih baik. Dapat memisahkan hal-hal yang memang benar-benar penting dan mendesak. Karena kebanyakan dari kita seringkali terjebak dan berlama-lama di dalam kegiatan yang samasekali tidak penting dan tidak mendesak. Sibuk dengan gawai tanpa tujuan yang jelas. Nah, maka sangata penting sekali bagi kita untuk menentukan skala prioritas.
Meskipun menentukan skala prioritas tidak semudah penampakannya apalagi jika belum terbiasa tentu saja akan menjadi tantangan tersendiri. Maka, saya pun berusaha menerapkan teknik manajemen dengan 4 skala kuadran aktivitas seperti yang terlampir di bawah, supaya saya dapat mengatur semua aktivitas sehari-hari dengan lebih baik sehingga menjadi lebih produktif. Dengan tetap mengacu pada aktivitas yang paling suka dan bisa dilakukan. Mengapa? Sederhana saja, jawabnya hanya untuk dua hal saja, yaitu bahagia dan manfaat. Saya butuh dan ingin Bahagia maka saya hanya akan focus kepada hal-hal yang saya sukai dan bisa saya kerjakan. Sehingga frekuensi kebahagiaan terpancar pada diri saya. Jika mengerjakan sesuatu dengan bahagia maka, manfaat secara pelan-pelan akan mengikuti.
Setelah saya menentukan lima aktivitas yang paling saya suka dan bisa, saat ini saya masuk ke tahapan untuk menentukan keterampilan yang harus saya miliki untuk mendukung kelima aktivitas itu. Nah, keterampilan apa saja yang harus saya kuasai? Saya sangat menyadari kelemahan dan keterbatasan yang ada pada diri saya, sebagai seorang penulis saya kerap kali direpotkan dengan segudang ide yang ada di kepala. Meskipun sudah tertuang dalam list to do tetap saja pikiran saya suka lompat-lompat saat mengerjakan suatu tulisan. Sedang menulis apa, yang dipikirkan gagasan berikutnya. Hal ini cukup menyita waktu dan akhirnya tulisan saya tidak segera kelar. Maka sebagai orang yang suka menulis, saya membutuhkan keterampilan untuk focus dan konsisten.
Dalam kehidupan berorganisasi saya juga sering menemui beberapa masalah baik internal maupun eksternal, apalagi menjadi seorang ketua. Tentu saja menjadi tanggungjawab yang harus segera diselesaikan. Sering sekali gelagepan apabila dihadapkan dengan berbagai masalah yang komplek terlebih lagi jika masalah itu dating secara bersamaan dan mendadak. Akhirnya menjadi sesuatu yang genting dan urgent untuk segera ditangani. Dalam hal ini sya sangat mmemerlukan keterampilan problem solving dan psikologi masa yang baik. Sehingga saya berazam untuk meningkatkan kemampuan saya berorganisasi dengan melatih dan menempa diri dalam menggali ilmu tentang problem solving.
Aktivitas yang saya sukai dan menjadi skala prioritas bagi saya adalah public speaking. Dimana waktu luang saya banyak saya isi dengan kegiatan berceramah di berbagai pengajian ibu-ibu dan remaja, mengisi seminar parenting, dan mengedukasi remaja putri, calon ibu dan para ibu dalam bidang keperempuanan dan keagamaan. Untuk mendukung aktivitas ini, saya biasanya membuat slide presentasi untuk memudahkan audience memahami apa yang saya sampaikan sekaligus memudahkan saya dalam mengisi materi. Namun, sejauh ini slide presentasi yang saya buat masih biasa-biasa saja. Saya ingin yang istimewa. Maka saya akan mengembangkan keterampilan dalam make amazing presentation untuk mendukung aktivitas saya ini.
Meskipun saya adalah wanita yang menyukai dunia public, tapi saya adalah seorang ibu yang memiliki dua anak. Di rumah saya sangat senang sekali membaca dan mendampingi anak-anak bermain. Kalau sudah pegang buku dan mulai bersemedi karena asik dengan buku, saya sering lupa waktu, jadi kebablasan saat bersama buku. Tentu saja waktu saya akan menjadi tidak dapat terkondisikan dengan baik. Dalam hal ini saya harus memiliki menejemen waktu yang baik supaya saya dapat menggunakan waktu sebaik mungkin, dan tentu saja keterampilan dalam membaca dan memahami isi bacaan dengan cepat harus saya kuasai. Sehingga saya bisa segera mendampingi anak-anak.bahkan saat bermain dengan anak-anak pun, sering saya kehabisan ide mau main apa, jika ambil idenya dadakan, permainan kami akan terasa garing dan kurang efektif. Apalagi jika saya ingin mengamati sesuatu dari perilaku anak saya, maka menurut saya, bermain pun harus terkonsep sekaligus membuat lembar pengamatan atau instrument observasi untuk anak-anak. Ini akan sangat bermanfaat sekali bagi saya untuk dapat mengamati minat dan bakat anak. Selain itu juga dapat dijadikan bahan portopolio anak yang akan bermanfaat kedepannya. Bermodalkan pemahaman ini, saya sebagai ibu harus meningkatkan kemampuan saya dalam mengonsep dan membuat instrument observasi dalam kegiatan bermain Bersama anak. Semua hal itu, saya rangkum dalam skema telur merah berikut ini,
#JanganLupaBahagia
#JurnalMinggu2
#KelasTelur
#BunCekIIP
0 komentar:
Posting Komentar