KOMUNIKASI PRODUKTIF DENGAN BUAH HATI
Saat anak mulai usia 2-3 tahun biasanya secara alamiah mereka selalu ingin mencoba banyak hal. Termasuk ingin melakukan segalanya sendiri. Fitrah ini adalah kesempatan emas bagi orangtua untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian dan kedisiplinan. Peluang baik untuk melibatkan anak dalam proses beres-beres.
Maka akupun tak ingin melewatkan moment ini. Dia terbiasa kulibatkan dalam membereskan mainan,mencuci piring, menjemur baju, bahkan cara memecahkan telur. Kali ini melihat tumpukan baju yang baru kering telah menggunung membuatku Tarik nafas dalam-dalam. Hmmm..asyik juga kalau aku ada yang nemenin pikirku. Padahal biasanya aku melarang Aqila untuk mendekati tumpukan baju, karena biasanya dia hanya akan berguling-guling di atas tumpukan baju dan baju yang telah di lipat akan berntakan lagi. Atau kadang dia hanya mau memisahkan baju miliknya saja lalu kemudian ditinggalnya pergi. Barangkali karena kesalahanku melarangnya bergulingan kali ya…
“Aqila sayang, baju Aqila dah banyak nih…” kataku memberinya informasi
Kulihat dia berlari menuju kamar tengah tempat biasanya baju2 kering mendarat.
“tapi ibu pasti nggak bolehin aku guling-guling di situ kan?” jawabnya sambil mengernyitkan dahi.
Ku tatap dia sambil tersenyum semanis mungkin berusaha tak mengeluarkan kalimat larangan itu.
“ibu ingin Aqila belajar melipat baju Aqila sendiri” jelasku.
“ aku kan nggak bisa lipat baju” jawabnya.
“bisa sayang.. Aqilla kan sudah pinter bantu ibu jemur baju, jadi pasti bisa bantu ibu lipat baju juga. Yuk kita coba..ibu ajarin ya..” aku berusaha meyakinkannya.
Aku memulainya dengan mengajarkan cara mengklasifikasikannya dan memperagakan cara melipat baju. Lalu aku mencoba menceritakan pengalamanku waktu masih kecil.
“ibu dulu waktu kecil juga nggak bisa liipat baju, baju ibu di lemari jadi acak-acakan, kalau mau pake baju bingung banget nyariinnya sampai-sampai ibu terlambat ke sekolah. Makanya setelah itu ibu belajar lipat baju sendiri, lama-lama ibu jadi pinter loh lipat bajunya”.
“apa ibu nggak nangis kalau sulit nyari baju?” tanyanya.
“iya ibu nangis terus, nangisnya karena capek nyariin.”jawabku
“ibu udah sekolah kok nangis?”
“hehe..iya.. makanya besok kalau Aqila udah sekolah jangan sampe nangis hanya karena nyariin baju nggak ketemu.”
Aqila pun tertawa mendengar jawabanku. Dan dia menunjukan hasil lipatan bajunya yang sangat sederhana namun telah terklasifikasi dengan baik, tumpukan celana,kaos, atasan, singlet dan cd nya sudah tersusun masing-masing.
“kan aku udah bisa lipat baju, nih lihat bu… pinter kan aku?”
“wwah masyaallah..Aqila Hebat, pinter anak ibu dah bisa lipat baju sendiri dan tersusun rapi semuanya. Terimakasih sayang..”
“iya..sama-sama ibu yang baik” jawabnya dengan senyum manisnya.
Ternyata mengajak anak terlibat dalam beberapa pekerjaan rumah tidaklah sulit, asalkan kita mampu mengunakan Bahasa dan metode komunikasi yang produktif. Jangan terburu-buru bangga dengan anak yang mahir menyelesaikan soal2 matematika yang rumit namun tidak memiliki kemampuan dasar seperti membuang sampah pada tempatnya,membereskan kamarnya, menggunakan sepatu/baju sendiri, mencuci piring dan pakaiannya sendiri dll. Karena semua itu adalah kemampuan dasar yang membutuhkan pembiasaan dan penanaman sejak dini. “BAGAIMANA IA AKAN MAMPU MENOLONG DUNIA, JIKA MENOLONG DIRINYA SENDIRI SAJA TIDAK MAMPU”
#hari6
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
Good job Brother, Tamplate nya bagus
BalasHapus