KOMUNIKASI PRODUKTIF DENGAN BUAH HATI
Kejadian ini adalah yang kedua kalinya terjadi. Namanya anak-anak jika bermain apa saja bisa dapat dijadikan alat dan bahan bermain, bahkan percobaan. Tak beda dengan dua anak kecil ini, ia adalah Laila sang kakak sepupu dari Aqila putriku, kebetulan rumah kami sangat dekat lima langkah saja. Kali ini aku mendapati Aqila menangis dan berlari menghamburkan tubuhnya ke pelukanku. Ketika ku tanya mengapa menangis padahal belum lama aku memperhatikan mereka berdua sedang asyik bermain berdua, namun Aqila tetap tak mau menjawab ia justru menangis semakin keras.
Dalam situasi seperti ini, mungkin si kecil sedang tidak ingin bicara apapun. Ya sudahlah kugendong saja putriku lalu ku hibur dia dengan mengajaknya ke bawah pohon sawo yang rindang di depan rumaah kami, kutunjukkan buah sawo yang masih mentah di pohon itu, ada semut yang berderet dan sarang sarang burung yang bertengger disana. Lalu kurangkai cerita dari sebuah pohon sawo.
Kisah pohon sawo ini cukup menyita perhatiannya, sehingga tangisnya pun reda. Aha..saatnya aku beraksi mendapat informasi dari tangisnya. Ku usap air matanya yang bercampur dengan keringat dan membasahi seluruh wajahnya. Ku kecup keningnya dan aku melihat ada yang beda dari rambutnya. Ya..rambut poninya berubah menjadi sangat pendek sekali hampir rata dengan batas rambutnya dengan dahi. Hatiku membatin, ya Allah pasti dipotong lagi sama mbaknya(Laila). Berangkat dari pengalaman yyang pertama dulu ketika ku serbu dengan berderet pertanyaan dan kegelisahan yang muncul dari diriku, Aqila justru menangis menjadi-jadi, maka kali ini aku menginginkan dia sendiri yang menceritakan sendiri.
“sayangnya ibu yang cantic, tadi asyik banget mainnya jadi capek ya?” tanyaku.
Aqila masih diam namun wajahnya menunjukkan kesedihan.
“kenapa kok sedih gitu? Aqila mau ditemenin ibu ya mainnya?” lanjutku
“enggak, aku mau main sama mb ela” jawabnya dengan nada sedih
“ya nggak apa-apa, mb ela kan mbaknya Aqila jadi ya main bareng aja”
“tapi mb ela nya nakal, dia potong rambutku jadi pendek ini yang depan” sambil ia tunjukkan poni bagian depannya yang sudah rata.
“hmmm…emang tadi main apa kok sampe dipotong?”
“main gunting di rumah mb ela, mb ela kan abis dipotong rambutnya sama mamaknya. Jadi dia potong juga punyaku biar cantic katanya, tapi aku sakit” aqila memberi penjelasan dan sudah tidak sambil nangis
Malah ibunya yang jadi pengen nangis. Tapi ku tutupi rasa sedihku.
“ oh..iya mb ela ingin Aqila terlihat lebih cantic tapi caranya yang nggak betul ya…besok lagi kalu mau dibikin cantic sama mb ela, Aqila sampaikan ke mb ela kalau kata ibu harus dibawa ke salon, biar rapi potongannya”
“ tapi aku kan maunya rambutku Panjang, biar kayak frozen”
“Panjang juga cantic si tapi kan Aqila suka gerah,rambut Panjang akan mudah kena keringat jadinya bau”
“apa pendek juga cantic bu?”
“Panjang atau pendek sama-sama cantic kok, nanti ikut ibu ke salon aja ya kita rapihkan rambut Aqila”
“tapi aku takut bu..nanti kepalaku kena guntingnya”
“kalau salon itu motongnya ya hati-hati,kan ada ibu juga yang jagain Aqila. Jadi Aqila pasti berani dipotong rambutnya di salon”
“apa ibu mau anterin aku?”
“iya dong,,,nggak apa-apa kalau sudah terlanjur dipotong sama mb ela, masih bisa dibenerin dan dirapikan lagi oleh Bude salonnya”.
Dalam situasi seperti ini, mungkin si kecil sedang tidak ingin bicara apapun. Ya sudahlah kugendong saja putriku lalu ku hibur dia dengan mengajaknya ke bawah pohon sawo yang rindang di depan rumaah kami, kutunjukkan buah sawo yang masih mentah di pohon itu, ada semut yang berderet dan sarang sarang burung yang bertengger disana. Lalu kurangkai cerita dari sebuah pohon sawo.
Kisah pohon sawo ini cukup menyita perhatiannya, sehingga tangisnya pun reda. Aha..saatnya aku beraksi mendapat informasi dari tangisnya. Ku usap air matanya yang bercampur dengan keringat dan membasahi seluruh wajahnya. Ku kecup keningnya dan aku melihat ada yang beda dari rambutnya. Ya..rambut poninya berubah menjadi sangat pendek sekali hampir rata dengan batas rambutnya dengan dahi. Hatiku membatin, ya Allah pasti dipotong lagi sama mbaknya(Laila). Berangkat dari pengalaman yyang pertama dulu ketika ku serbu dengan berderet pertanyaan dan kegelisahan yang muncul dari diriku, Aqila justru menangis menjadi-jadi, maka kali ini aku menginginkan dia sendiri yang menceritakan sendiri.
“sayangnya ibu yang cantic, tadi asyik banget mainnya jadi capek ya?” tanyaku.
Aqila masih diam namun wajahnya menunjukkan kesedihan.
“kenapa kok sedih gitu? Aqila mau ditemenin ibu ya mainnya?” lanjutku
“enggak, aku mau main sama mb ela” jawabnya dengan nada sedih
“ya nggak apa-apa, mb ela kan mbaknya Aqila jadi ya main bareng aja”
“tapi mb ela nya nakal, dia potong rambutku jadi pendek ini yang depan” sambil ia tunjukkan poni bagian depannya yang sudah rata.
“hmmm…emang tadi main apa kok sampe dipotong?”
“main gunting di rumah mb ela, mb ela kan abis dipotong rambutnya sama mamaknya. Jadi dia potong juga punyaku biar cantic katanya, tapi aku sakit” aqila memberi penjelasan dan sudah tidak sambil nangis
Malah ibunya yang jadi pengen nangis. Tapi ku tutupi rasa sedihku.
“ oh..iya mb ela ingin Aqila terlihat lebih cantic tapi caranya yang nggak betul ya…besok lagi kalu mau dibikin cantic sama mb ela, Aqila sampaikan ke mb ela kalau kata ibu harus dibawa ke salon, biar rapi potongannya”
“ tapi aku kan maunya rambutku Panjang, biar kayak frozen”
“Panjang juga cantic si tapi kan Aqila suka gerah,rambut Panjang akan mudah kena keringat jadinya bau”
“apa pendek juga cantic bu?”
“Panjang atau pendek sama-sama cantic kok, nanti ikut ibu ke salon aja ya kita rapihkan rambut Aqila”
“tapi aku takut bu..nanti kepalaku kena guntingnya”
“kalau salon itu motongnya ya hati-hati,kan ada ibu juga yang jagain Aqila. Jadi Aqila pasti berani dipotong rambutnya di salon”
“apa ibu mau anterin aku?”
“iya dong,,,nggak apa-apa kalau sudah terlanjur dipotong sama mb ela, masih bisa dibenerin dan dirapikan lagi oleh Bude salonnya”.
Berhasil membuatnya mampu menceritakan bebrapa kejadian yang dialaminya merupakan indicasi bahwa Bahasa memiliki kekuatan. Untuk membuat anak mau menceritakan pengalamannya baik pengalaman menyenagkan atau tidak, lebih efektif jika kita rubah kalimat – kalimat INTEROGASI menjadi kalimat OBSERVASI. Jika pengalaman anak adalah pengalaman yang tidak menyenangkan,maka orangtua jangan sampai membuatnya semakin takut, namun focus pada SOLUSInya bukan pada MASALAHnya. Jika anak memiliki ketakutan tertentu, sebaiknya yakinkan bahwa anak kita BERANI bukan TAKUT. Hal ini senada dengan pemberian sugesti positif rubah kata TIDAK BISA menjadi BISA.
Dalam kasus seperti ini penting sekali komunikasi yang kita bangun dengan anak adalah komunikasi yang menunjukkan rasa empaty kepadanya, untuk membuatnya mengerti bahwa kita peduli kepadanya. Rubah kalimat yang MENOLAK menjadi kalimat yang menunjukkan EMPATY.
Dalam kasus seperti ini penting sekali komunikasi yang kita bangun dengan anak adalah komunikasi yang menunjukkan rasa empaty kepadanya, untuk membuatnya mengerti bahwa kita peduli kepadanya. Rubah kalimat yang MENOLAK menjadi kalimat yang menunjukkan EMPATY.
0 komentar:
Posting Komentar