Senin, 01 Oktober 2018

KOMUNIKASI PRODUKTIF DENGAN BUAH HATI



Biasanya hal yang paling menyita waktuku di pagi hari adalah ketika harus meninggalkan Aqila saat hendak berangkat mengajar. Meskipun semuanya telah dibicarakan dengannya malam harinya, si cantic yang berusia 3,5 tahun ini tetap merasa keberatan melepaskan ibunya berangkat mengajar. Tak jarang harus ada adegan menangis tersedu-sedu hingga tantrumnya pernah aku alami. Seperti teriris hatiku manakala setiap pagi harus melewati episode perpisahan ini.

Namun sebenarnya permasalahan utamanya adalah pada metode komunikasi dengannya. Selama ini aku hanya menginginkannya untuk mengerti bahwa ibunya punya tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Padahal bagi seorang anak berusia dini ia tak akan pernah mau mengerti , tak mau tahu, dan tak mau dengar. Yang dia tau hanya butuh ibunya.

Pola komunikasi itu kucoba rubah dengan mengambil set waktu yang tepat, setelah ia selesai mandi dan sarapan. Pada saat itu ia sedang bermain dengan si bella boneka kesanyangannya. Lalu kudekati dia, kubelai rambutnya dan kukecup keningnya. Ia pun membalas sentuhanku dengan mengecup pipiku kanan kiri. Sambil berlutut di hadapannya ku upayakan mataku dan matanya pada posisi sejajar dan ku katakan padanya,


“ sayang, ibu sebenarnya tidak ngin pergi ke sekolah, tapi ibu tetap harus ke sekolah” sambil pasang wajah sedih.
“ kenapa gitu bu?” tanya aqila minta penjelasan.
“ iya, karena semua ibu pasti nggak mau pisah sama anaknya. Tapi nggak bisa selamanya ibu dan anaknya harus Bersama terus. Ada hal yang harus ibu kerjakan di luar rumah. Walaupun ibu pergi, sebenarnya hati ibu tetap ada di sini karena di rumah ini ada seorang putri cantic jelita yang bikin ibu bahagia. Anak yang baik hati, pintar, dan rajin”. Ujarku sambal mengelus-elus kepalanya.
“bu, itu aku kan?” tanyanya dengan mata berbinar.
Aku menganggukan kepala sambil tersenyum padanya. Tak kusangka ia langsung memelukku dan menciumi seluruh wajahku dan kami saling berpelukan.
“tapi ibu nanti pulang kan?” tanyanya lagi
“iya dong…ibu kan pengen cepet-cepet ketemu sama anak manisnya ibu,kalau ibu nggak pulang ibu akan sedih dan kangeeen terus sama Aqila.”
Tak ku sangka aqila justru berlari mengambilkan sepatuku dan menyerahkannnya padaku. 


“ ibu cepet pulang ya, aku nggak nagis kok. Aku kan dah gede”
“ masyaallah…anak ibu yang pinter, ibu pasti cepet pulang. Makasih ya nak, aqila pinter udah nggak nangis kalau ibu sekolah”
Setelah itu dia melambaikan tangannya dan mengantarkanku sampai ke halaman rumah dengan sepeda kecilnya.


Ternyata kata-kata manis yang kuucapkan dengan sepenuh hati sangat membahagiakan hatinya. Perlu sekali kita mengekspresikan rasa kasih sayang pada anak-anak kita dengan penuh ketulusan. Jangan sampai terjebak dengan daftar pekerjaan yang berderet hingga tak sempat berdialog dengan anak. 



#hari1
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

0 komentar:

Posting Komentar

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

ANDROID SOURCE CODES MURAH

ADVERTISEMENT

IKUTI KAMI

Total Pageviews

Popular Posts

ADVERTISEMENT

Aqila Nyanyi - Naik Delman

IKUTI FANSPAGE KAMI

Unordered List

Text Widget